26 January 2012

Selimut Rindu

Selasa, 24 Januari 2012
Hari ke-12
Kepada malam yang menyelimuti rindu


Selamat, Malam! Aku pikir kau adalah salah satu yang beruntung karena mendapat surat dariku. Apa kabar? Aku harap baik. Padahal Tuhan masih mempertemukan kita setiap hari. Tapi pertanyaan itu seakan luput dari ingatan. Kau terlalu sesak. Sampai-sampai baik atau tidaknya dirimu saja aku tak peduli. Ah tidak! Bukannya aku tidak peduli. Aku sangat sangat peduli padamu.


Omong-omong, kenapa hanya ada sedikit bintang yang mengunjungimu? Kau terasa lengkap bersama teman sejatimu itu. Tuhan memang Maha Segalanya. Dia memasangkan ke-hitampekat-anmu dengan kilau bintang yang mampu menampung rindu.


Aha! Aku ingat sesuatu. Yang telah sejak lama ku titipkan padamu. Masih adakah? Bagaimana rupanya? Semakin banyak? Atau malah terkikis sedikit demi sedikit? Aku percaya padamu bahwa kau akan menjaganya sampai waktu tiba. Kapan? Entah. Kau tak berhak tanyakan itu. Karena sejatinya aku pun tak tau mau diapakan semua rindu-rinduku. Mungkin kau bertanya kenapa rindu itu bisa muncul padahal aku sendiri tidak tau apa-apa perihal keberadaannya. Mau tau? Pernah ada yang membeku. Ya, rindu-rinduku sempat mengotak-ngotakkan dirinya sendiri pada tempat dimana kau bisa temukan kedamaian, atau bahkan kekacauan sekalipun. Dimana terkadang kau tak sengaja tinggalkan cintamu dan tak mampu mengambilnya lagi. Dimana kau baru tersadar bahwa egoismu teramat besar.


Sudahlah. Aku yakin nantinya kau akan mengerti mengapa aku selalu titipkan rinduku padamu, bukannya pada orang lain. Mengapa pula aku ingin kau menjaganya agar tetap hangat. Karena di luar sana, terlalu banyak dingin yang menyusup ke hati setiap orang. setidaknya kau bisa hangatkan mereka dengan apa yang kau punya. Tak hanya rinduku. Aku yakin kau telah menyimpan lebih banyak rindu.


Sekian dariku. Kenapa malam selalu hitam? karena rindu tak selamanya terasa ringan. Ia hadir agar rindu itu sedikit tertahan. Blah!


Salam, Malam!


Aku~


No comments:

Post a Comment