kamu,
wanita
berponi manis.
seperti beruntung bertemu dengan dirimu beberapa bulan yang
lalu. pertemuan pertama kita yang tidak banyak pembicaraan namun ada candaku
yang membuatmu tertawa lebar di dalam mobilmu. kamu lebih tua 2 tahun dariku,
tapi bagiku cinta kita sejajar. maksudku cintaku padamu.
pertemuan kedua kita, di kampungku. sebuah kota yang juga kau
sukai dan kau cintai. ada rasa bangga di benakku pada saat kamu memercayai aku
untuk mendampingimu kemana pun kamu berjalan. padahal ada beberapa temanku dan
temanmu di pertemuan kedua kita. malam mulai dingin, beberapa keripik pedas
yang baru saja kita beli berdua sebelum duduk-duduk di tengah-tengah kerumunan
orang kita makan bersama. cukup menghangatkan.
dan tepat di suatu detik di tempat itu Tuhan mengizinkanku untuk
memegang tangan kananmu. sayang… hanya sebentar saja. lalu aku mencoba
menghiburmu. iya, kamu tersenyum dan tertawa kecil.
hei, kamu. bukankah kali ini jarak kita semakin dekat? tetapi
mengapa nampaknya rasamu semakin jauh? maaf jika mungkin aku ada kesalahan.
tapi ketika aku mencoba berbicara kepadamu, seperti tidak ada apa-apa.
aku tau, hatimu sedang terhipnotis oleh hati yang lain. aku tahu
bahwa kamu lebih lama berbalas kata hati dan perhatian dengannya dibanding
denganku. tapi kamu belum pernah bertemu dengannya. denganku? tanpa banyak
berbalas kata-kata sepertinya aku sudah ada rasa kepadamu.
jujur, aku bukan orang yang dengan mudahnya jatuh cinta. sudah 3
tahun lebih lamanya aku sulit jatuh cinta. entah kenapa mudah sekali aku
diluluhkan olehmu.
sekarang rindu yang teramat mengelusku dengan suara lirihnya.
rasanya tawa kecilmu itu ingin aku lihat lagi. dan aku ingin mencium tangan
kirimu dengan keningku seperti waktu itu. iya, aku baru ingat aku pernah
melakukannya. itu pertemuan terakhir kita, bukan?
kepada kamu, satu-satunya yang kuingat kali ini.
pertemuan selanjutnya selalu aku idamkan. detik yang menggerutu
terlalu bising tanpa tanda-tanda untuk kita bertemu. detak jantung yang meredam
bunyi detik ingin kurasakan kembali.
aku,
penunggu
setia perjumpaan denganmu lagi yang lebih indah dari sebelumnya.
kamu,
wanita
berponi manis.
seperti beruntung bertemu dengan dirimu beberapa bulan yang
lalu. pertemuan pertama kita yang tidak banyak pembicaraan namun ada candaku
yang membuatmu tertawa lebar di dalam mobilmu. kamu lebih tua 2 tahun dariku,
tapi bagiku cinta kita sejajar. maksudku cintaku padamu.
pertemuan kedua kita, di kampungku. sebuah kota yang juga kau
sukai dan kau cintai. ada rasa bangga di benakku pada saat kamu memercayai aku
untuk mendampingimu kemana pun kamu berjalan. padahal ada beberapa temanku dan
temanmu di pertemuan kedua kita. malam mulai dingin, beberapa keripik pedas
yang baru saja kita beli berdua sebelum duduk-duduk di tengah-tengah kerumunan
orang kita makan bersama. cukup menghangatkan.
dan tepat di suatu detik di tempat itu Tuhan mengizinkanku untuk
memegang tangan kananmu. sayang… hanya sebentar saja. lalu aku mencoba
menghiburmu. iya, kamu tersenyum dan tertawa kecil.
hei, kamu. bukankah kali ini jarak kita semakin dekat? tetapi
mengapa nampaknya rasamu semakin jauh? maaf jika mungkin aku ada kesalahan.
tapi ketika aku mencoba berbicara kepadamu, seperti tidak ada apa-apa.
aku tau, hatimu sedang terhipnotis oleh hati yang lain. aku tahu
bahwa kamu lebih lama berbalas kata hati dan perhatian dengannya dibanding
denganku. tapi kamu belum pernah bertemu dengannya. denganku? tanpa banyak
berbalas kata-kata sepertinya aku sudah ada rasa kepadamu.
jujur, aku bukan orang yang dengan mudahnya jatuh cinta. sudah 3
tahun lebih lamanya aku sulit jatuh cinta. entah kenapa mudah sekali aku
diluluhkan olehmu.
sekarang rindu yang teramat mengelusku dengan suara lirihnya.
rasanya tawa kecilmu itu ingin aku lihat lagi. dan aku ingin mencium tangan
kirimu dengan keningku seperti waktu itu. iya, aku baru ingat aku pernah
melakukannya. itu pertemuan terakhir kita, bukan?
kepada kamu, satu-satunya yang kuingat kali ini.
pertemuan selanjutnya selalu aku idamkan. detik yang menggerutu
terlalu bising tanpa tanda-tanda untuk kita bertemu. detak jantung yang meredam
bunyi detik ingin kurasakan kembali.
aku,
penunggu
setia perjumpaan denganmu lagi yang lebih indah dari sebelumnya.
dikirim oleh @crezative
No comments:
Post a Comment