17 January 2012

Kapan Perjumpaan Selanjutnya?



kamu,
wanita berponi manis.

seperti beruntung bertemu dengan dirimu beberapa bulan yang lalu. pertemuan pertama kita yang tidak banyak pembicaraan namun ada candaku yang membuatmu tertawa lebar di dalam mobilmu. kamu lebih tua 2 tahun dariku, tapi bagiku cinta kita sejajar. maksudku cintaku padamu.

pertemuan kedua kita, di kampungku. sebuah kota yang juga kau sukai dan kau cintai. ada rasa bangga di benakku pada saat kamu memercayai aku untuk mendampingimu kemana pun kamu berjalan. padahal ada beberapa temanku dan temanmu di pertemuan kedua kita. malam mulai dingin, beberapa keripik pedas yang baru saja kita beli berdua sebelum duduk-duduk di tengah-tengah kerumunan orang kita makan bersama. cukup menghangatkan.

dan tepat di suatu detik di tempat itu Tuhan mengizinkanku untuk memegang tangan kananmu. sayang… hanya sebentar saja. lalu aku mencoba menghiburmu. iya, kamu tersenyum dan tertawa kecil.

hei, kamu. bukankah kali ini jarak kita semakin dekat? tetapi mengapa nampaknya rasamu semakin jauh? maaf jika mungkin aku ada kesalahan. tapi ketika aku mencoba berbicara kepadamu, seperti tidak ada apa-apa.

aku tau, hatimu sedang terhipnotis oleh hati yang lain. aku tahu bahwa kamu lebih lama berbalas kata hati dan perhatian dengannya dibanding denganku. tapi kamu belum pernah bertemu dengannya. denganku? tanpa banyak berbalas kata-kata sepertinya  aku sudah ada rasa kepadamu.

jujur, aku bukan orang yang dengan mudahnya jatuh cinta. sudah 3 tahun lebih lamanya aku sulit jatuh cinta. entah kenapa mudah sekali aku diluluhkan olehmu.

sekarang rindu yang teramat mengelusku dengan suara lirihnya. rasanya tawa kecilmu itu ingin aku lihat lagi. dan aku ingin mencium tangan kirimu dengan keningku seperti waktu itu. iya, aku baru ingat aku pernah melakukannya. itu pertemuan terakhir kita, bukan?

kepada kamu, satu-satunya yang kuingat kali ini.

pertemuan selanjutnya selalu aku idamkan. detik yang menggerutu terlalu bising tanpa tanda-tanda untuk kita bertemu. detak jantung yang meredam bunyi detik ingin kurasakan kembali.

aku,
penunggu setia perjumpaan denganmu lagi yang lebih indah dari sebelumnya.

kamu,
wanita berponi manis.

seperti beruntung bertemu dengan dirimu beberapa bulan yang lalu. pertemuan pertama kita yang tidak banyak pembicaraan namun ada candaku yang membuatmu tertawa lebar di dalam mobilmu. kamu lebih tua 2 tahun dariku, tapi bagiku cinta kita sejajar. maksudku cintaku padamu.

pertemuan kedua kita, di kampungku. sebuah kota yang juga kau sukai dan kau cintai. ada rasa bangga di benakku pada saat kamu memercayai aku untuk mendampingimu kemana pun kamu berjalan. padahal ada beberapa temanku dan temanmu di pertemuan kedua kita. malam mulai dingin, beberapa keripik pedas yang baru saja kita beli berdua sebelum duduk-duduk di tengah-tengah kerumunan orang kita makan bersama. cukup menghangatkan.

dan tepat di suatu detik di tempat itu Tuhan mengizinkanku untuk memegang tangan kananmu. sayang… hanya sebentar saja. lalu aku mencoba menghiburmu. iya, kamu tersenyum dan tertawa kecil.

hei, kamu. bukankah kali ini jarak kita semakin dekat? tetapi mengapa nampaknya rasamu semakin jauh? maaf jika mungkin aku ada kesalahan. tapi ketika aku mencoba berbicara kepadamu, seperti tidak ada apa-apa.

aku tau, hatimu sedang terhipnotis oleh hati yang lain. aku tahu bahwa kamu lebih lama berbalas kata hati dan perhatian dengannya dibanding denganku. tapi kamu belum pernah bertemu dengannya. denganku? tanpa banyak berbalas kata-kata sepertinya  aku sudah ada rasa kepadamu.

jujur, aku bukan orang yang dengan mudahnya jatuh cinta. sudah 3 tahun lebih lamanya aku sulit jatuh cinta. entah kenapa mudah sekali aku diluluhkan olehmu.

sekarang rindu yang teramat mengelusku dengan suara lirihnya. rasanya tawa kecilmu itu ingin aku lihat lagi. dan aku ingin mencium tangan kirimu dengan keningku seperti waktu itu. iya, aku baru ingat aku pernah melakukannya. itu pertemuan terakhir kita, bukan?

kepada kamu, satu-satunya yang kuingat kali ini.

pertemuan selanjutnya selalu aku idamkan. detik yang menggerutu terlalu bising tanpa tanda-tanda untuk kita bertemu. detak jantung yang meredam bunyi detik ingin kurasakan kembali.

aku,
penunggu setia perjumpaan denganmu lagi yang lebih indah dari sebelumnya.




dikirim oleh @crezative 

No comments:

Post a Comment