29 January 2012

Kamu vs Rumus Matematika

Dear kamu,

yang pada kamu hati saya telah tertitipkan


Selamat sore..

Kamu mungkin gak menyadari kalau hari ini semuanya terasa beda. Sangat jauh berbeda, tepatnya. Saya belum menemukan alasan yang paling masuk akal untuk menjawab keanehan ini.
Poin pertama dalam pikiran saya hanya kamu. Kamu yang berubah DRASTIS SEDARASTIS-DRASTISNYA sejak hari kemarin dan memuncak pada sore hari ini.

Saya ingat betul betapa saya merasa seperti digampar orang sekampung saat kamu bilang:

“Aku tuh lg banyak masalah, udah deh kamu jangan nambah-nambahin masalah aku”

Lalu, saya kecewa. kecewa yang sakit sekali. Ternyata saya hanya kamu anggap sebagai sumber penambah masalah. Saya memang tau dan mengerti sekali masalah kamu sangat berat dan saya gak bisa membantu kamu menyelesaikannya karena kemampuan saya yang belum sampai.

Tetapi apakah kamu harus menjauhi saya, berlaku kasar pada saya, dan melupakan saya jika ternyata saya memang gak bisa membantu masalah kamu?

Apakah kamu gak pernah sekalipun berpikir bahwa saya terus-terusan hubungi kamu itu tandanya saya perhatian sama kamu dan mau bantu kamu dengan cara saya sendiri?

Apakah kamu gak pernah menangkap kesan bahwa saya benci sekali jika gak dianggap?
Apakah kamu gak pernah berpikir kalau saya selalu memikirkan bagaimana cara saya mengalihkan perhatian kamu dan menghibur kamu dari masalah kamu yang berat itu?

Apakah kamu gak pernah berpikir kalau saya setengah mati menahan tangis saat kamu bilang : “Biarin aku sendiri dulu..”?

Apakah kamu tau perasaan saya saat ini?

Saya ingin belajar tapi hanya kamu yang ada di pikiran saya, dan bukan rumus matematika.
Saya harap kamu yang membuat ponsel saya berbunyi.
Saya harap sekarang kamu memikirkan bagaimana saya memikirkan kamu.
Dan sialnya, saya betul-betul sekacau ini tanpa kamu.


Dari saya,

perempuanmu yang menganggap kamu lebih penting daripada rumus matematika


Oleh:

No comments:

Post a Comment