Kau yang selalu aku rindukan. Apa kabarmu? Ah, hanya hal itu saja yang selalu terlintas di benakku. Semenjak kita berpisah setengah tahun yang lalu, aku selalu bertanya dalam hati. Apakah kau bahagia dengan keputusanmu ini? Jujur, aku harap tidak. Karena aku pun sangat tidak bahagia.
Terkadang, saat rasa rindu ini padamu muncul, aku suka menghayal.  Menghayal saat masa-masa kita masih bersama. Atau nggak, aku suka  flashback tentang kenangan kita dulu. Saat kamu berusaha merebut hatiku,  dan saat kamu telah mendapatkan hatiku ini. Itu lucu. Kamu masih  mendapatkan tempat dihatiku sampai saat ini.
Autis, ya autis. Dulu aku selalu meledekmu dengan sebutan itu. Karena  semua hal yang kamu lakukan itu lucu, menurutku. Dan itu selalu mampu  membuatku tertawa geli. Ah, aku merindukanmu. Aku rindu menjadi orang  yang selalu kamu ingat setiap kamu terbangun di malam hari. Seperti  dulu. Itu hanya aku. Bukan yang lain.
Terkadang, aku ingin sekali kembali ke masa lampau. Dimana semuanya  terasa bahagia. Dimana hanya cuma kamu yang mampu membuatku tertawa  lepas. Dimana cuma aku yang mengingatkan hal kecil padamu. Dan cuma kamu  yang membuat hariku terasa indah seperti pelangi sehabis hujan. Rindu  menjadi orang yang kau rindukan setiap harinya.
Tak usah kau tanyakan, disetiap doaku selalu terselip namamu. Nama yang  tak ayal membuatku gila. Walau sesekali aku rela menghapus air mata ini  sendirian. Ketika lekuk wajahmu menyeruak disekitar otakku. Aku rela  ketika aku harus melewati malam yang panjang untuk menunggumu. Bisakah  aku menjadi perempuan yang selalu kau banggakan di depan sahabatmu?  Setidaknya akupun bahagia ketika kamu menjadi milikku, lagi.
Aku tau, kamu sudah bosan dengan semua kegalauanku yang selalu aku  tujukan padamu. Aku tau pula, suatu saat rasa ini akan memudar.  Ingatkah? Dulu terang-terangan kamu menyuruhku untuk move on darimu?  Sudah kulakukan. Berkali-kali. Tetapi belum bisa sepenuhnya tidak  memikirkanmu. Aku gelisah. Menunggu kabar yang tak mungkin dikabarkan.
Aku rindu kamu. Aku rindu kita. Rindu semuanya yang kita lakukan  bersama-sama. Toh, pada akhirnya, aku memang harus bersikap dewasa.  Membiarkanmu bahagia dengan pilihanmu sendiri. Membiarkanmu bahagia  walau nggak bersama aku. Aku ingin menjadi karang yang tetap berdiri  kokoh ditepi pantai itu.
Sincerely.
No comments:
Post a Comment