25 January 2012

Iri

Kalau boleh jujur padamu, sesungguhnya aku iri padanya. Bukan… bukan cemburu, hanya iri karena kehadirannya sangat dibutuhkan olehmu. Memang benar kau jauh lebih dulu mengenalnya sebelum aku datang tapi aku bertanya-tanya dalam hati apakah kau lebih mencintainya daripada mencintai aku.

Dia selalu ada didekatmu, menemani aktivitasmu. Saat kau menyesap kopi, saat kau duduk manis di kloset, saat kau terpaku pada layar notebook, saat kau makan, saat kau membaca, bahkan sesaat sebelum kau terlelap. Sungguh aku iri melihatmu begitu menikmati waktu bersama dengannya, kau menggenggamnya dengan jemarimu yang lentik, bahkan begitu syahdunya kau menempelkan bibirmu pada kehangatannya.

Mungkin dia lebih setia daripada aku, selalu ada pada setiap momen hidupmu. Kau tertawa lepas, menangis sesenggukan, bahkan berteriak marah ketika bersamanya. Iya aku iri.. sekali lagi aku iri, sayang.

Dengarkan aku.. tinggalkan dia demi aku dan calon anak kita, dia memberikan pengaruh yang sangat tidak baik. Aku sayang kamu, aku lebih mencintaimu dan menjagamu, dia hanya racun untukmu. Sebelum semuanya terlambat dan anak kita menjadi korbannya, menjauhlah darinya dan berhentilah merokok. Sudah saatnya kau memutuskan hubungan dengan rokok - si teman setiamu. Kamu mengerti kan, Sayang?

No comments:

Post a Comment