25 January 2012

Kota yang (Katanya) Lebih Kejam dari Ibu Tiri

Jakarta …,
Itulah sebuah kata yang muncul dalam pikiranku saat sang ‘Tukang Pos’ mengumumkan tema surat untuk hari ini adalah ‘Surat untuk Kota’.

Aku tak tau mengapa harus kota itu, mengapa harus kota yang tak ku tinggali,
mengapa harus kota yang hanya beberapa kali kukunjungi,
mengapa harus kota itu?
Kota yang (katanya) lebih kejam dari ibu tiri,
Kota yang (katanya) penuh dengan kemacetan, keruwetan, dan berbagai macam tindak kriminal.
Dari kriminal tingkat bawah sampai kriminal tingkat atas oleh tikus-tikus berdasi itu.

Halo Jakarta,
Selamat Pagi ..
Apa kabarmu hari ini?
Masih merasa sesak?
Sesak karena jutaan benda-benda beroda empat dan dua itu?
Masih sesak karena asap-asap hitam itu?
Bagaimana tubuhmu?
Apa masih pegal-pegal dan sakit?
Sakit karena harus menahan ratusan pencakar langit itu?
Bagaimana lukamu?
Sudah sembuh?
Luka karena mereka terus-terusan menganggapmu kejam.
Padahal itu bukan salahmu kan?
Kau hanya sebuah kota, kota yang menjadi pesuruh dan hamba dari mereka yang berkuasa.
Kota yang menjadi saksi bisu dari kekejaman seleksi alam yang tak alami.

Jakarta…,
Memang aku tak terlalu mengenalmu,.
Aku tak tinggal bersamamu ..
Hanya beberapa kali aku meninjakkan kakiku di tubuhmu,
Tapi sebenarnya aku sangat ingin tinggal bersamamu
Karena aku selalu punya alasan manis setiap ingin menemuimu.
Entah untuk melepas penat, untuk membagi senyum hangat pada sanak saudara, sampai untuk menciptakan sebuah pertemuan indah dari dua benua yang berbeda.
Semuanya manis untukku, dan aku nyaris tak punya kenangan pahit denganmu.
Walaupun terkadang aku bergidik ngeri saat melihat berita kriminal di televisi, yang selalu mengatas namakan “ibu kota lebih kejam dari ibu tiri”.

Jakarta,..
Boleh aku memohon satu hal padamu?
Nanti, beberapa tahun lagi, saat aku mengunjungimu untuk menjemput impianku, tolong bimbing aku ya?
Dan tolong tetaplah memberikan kesan manis padaku.

Jakarta..
Tunggu aku ya.,
Nanti kita bermain bersama, dan kita tunjukkan bahwa sebenarnya, kau itu bukan Ibu tiri, tapi Ibu peri :)


Tertanda,
Gadis penjemput impian


Oleh:

Diambil dari: http://fransiscaoktavia.tumblr.com

No comments:

Post a Comment