25 January 2012

mulakk tu jabu (pulang ke rumah)

Horas Medan,
Lama aku tak pulang, ke kota tempatku dibesarkan. Aku rindu banyak pepohonanmu, juga sejuk karena dekat pegunungan. Danau Toba yang dua jam dari kota masih indah? Apa kabar lae? semoga baek.

Masih ada becak kita? kendaraan yang dikayuh memakai bak kayu untuk penumpang. Dulu aku suka menaikinya tiap pulang kuliah. Menyambung dari terminal angkot menuju rumah.

Kalau hari lebaran, inilah alasan pulang setiap tahun yang kami tunggu-tunggu. Hanya untuk mencium tangan papa – mama, dan memeluk adik kami yang paling kecil. Tak lupa pula oppung, tante, tulang*serta sanak keluarga lainnya. Rindu lebur suka cita. Juga serunya beramai – ramai ke pusat kota – menabuh takbir bersama. Masih meriah kan, woi?

Yah, begitulah caraku mengingatmu dan selalu ingin kembali padamu, Medan. Bagiku engkau adalah rumah, tempat aku pulang melepas rindu dan lelah. Kadang aku senyum sendiri, setiap bertemu orang Medan di Jakarta ini.

“Alahmakjang*, sudah jauh – jauh ke tanah Jawa, jumpa kita – kita jugak ya.” Logat khas, susah ditiru oleh orang yang memang belum pernah tinggal di Medan.

Ada marga melekat di belakang nama, yang ditanya bila tiap kali orang Medan bertegur sapa, mengakrabkan seketika. Meski kata papaku, sebaiknya marga tak usah dipajang – kalau belum sukses jadi orang.

Kalau pulang ke Medan pasti beratku bertambah, semua makanan rasanya enak, apalagi sambal buatan mamak. beselemak muncungku!* . Bah, macam mana ini ?* jadi makin rindu.

Tetaplah jadi kota yang ramah ya. Agar nanti ketika aku pulang dan pergi lagi, semakin banyak kenangan indah yang bisa kubagi – atas namamu, Medan.


Anak Medan,
Ika

Catatan* : oppung = kakek/nenek| Tulang = paman| Alahmakjang = wow, wah| beselemak muncungku = belepotan mulut saya, makan saking enaknya| bah, macam mana ini = aduh, bagaimana ini.


Oleh: @ikavuje


Diambil dari: http://eqoxa.wordpress.com

No comments:

Post a Comment