30 January 2012

Si Tukang Ojek Payung

Untuk anak kecil yang memayungiku kala hujan sore itu

Halo dik, masihkah kamu membebani tubuh mungilmu dengan dingin demi sekeping logam atau selembar uang seribu dan duaribuan? masihkah kamu disana, di bawah jembatan perkasa yang dengan angkuh mengangkangi jalanan ibukota? masihkah kamu menanti hujan datang, mendekati perempuan-perempuan yang takut kebasahan seperti aku? masihkah kamu menyisihkan uang-uang yang kamu kumpulkan untuk membantu orangtuamu? Lalu kamu kemanakan PR-PR mu? Sudahkah dikerjakan dik?

Sore itu kakak ingat pembicaraan singkat kita. Saat kamu berjalan memayungi kakak yang ingin menyeberang jalan, menanti angkot untuk pulang. Kakak ingat jawabanmu yang sederhana, begitu jujur tanpa dusta. “Seneng kak, bisa main hujan trus dapat uang” begitu katamu. Ah seandainya pikiranku masih sesederhana itu. Aku malu, bahkan uangmu masih kamu sisihkan untuk membantu orangtuamu membayar sekolah yang katanya gratis. Tapi uang yang pernah aku raih dengan jirih payahku bahkan tidak pernah aku berikan untuk membantu membayar kuliahku. Malah untuk menyenangkan diri sendiri. Malu aku.

Terimakasih ya dik telah mengingatkan. Terimakasih untuk pembicaraan singkat dibawah payung. Terimakasih telah mengingatkan kesederhanaan yang selalu membawa kebahagiaan. Jangan sering-sering main hujan. Belajar yang benar agar kelak penerusmu tidak perlu menanti hujan demi selembar uang recehan.




No comments:

Post a Comment