Dear you,
Tiap kita bertemu dulu, hatiku pasti gembira. Rasanya ada rindu yang mengganggu tiap membayangkan kamu. Masih kecil kita waktu itu. Kelas 2 SMP.
Kota kita kota kecil. Masyarakatnya pun masih kolot. Tak ada menariknya pacar-pacaran di mata mereka. Apalagi keluargaku.Jadi kusimpan saja rasaku untukmu.
Kamu memang manis, tubuhmu yang tinggi dan atletis itu semakin membuatku kagum. Ditambah kemampuan otakmu yang cemerlang, wajar bila banyak yang menyukaimu juga.
Satu kali kita bertemu di tempat les bahasa Inggris yang sama. Dan aku semakin bersemangat datang setiap harinya. Entah memang karena aku suka pelajarannya, atau karena ada kamu di sana. Meski tiap bertemu kerjaan kita hanya ejek-ejekan melulu.
Tapi kau tak memperdulikan perhatianku. Mungkin karena dandananku yang sangat kelaki-lakian, atau karena wajahku yang memang pas-pasan. Kau sibuk menggoda teman sekelas kita yang cantik itu, aku tak ingat namanya. Aku kecewa, karena tak punya kesempatan untuk lebih dekat denganmu, selain jadi teman berantem.
Waktu berlalu cepat. Setelah kita tamat, baru aku bertemu denganmu tak sengaja di suatu kedai, dari obrolan kopi dan bandrek itu aku baru tahu kalau engkau ternyata menyimpan rasa juga padaku. Sungguh, rasanya tak percaya. Anehnya, aku hanya tertawa. Rasaku telah hilang entah kemana.
Akhir cerita kita di kedai kopi itu, kita berteman saja. Meski kau terus memujiku dengan kata “kamu makin cantik, ya” tapi tak lagi membuat berdebar. Wajahmu sedikit kecewa waktu kujawab tidak. Bukan dendam. Hanya sudah tak punya lagi rasa yang sama. Yah, siapa suruh dulu kau jadi monyet?
Dari masa lalu,
Ika
dikirim oleh @ikavuje di http://eqoxa.wordpress.com/2012/01/31/30harimenulissuratcinta-hari-ke-18-cintamonyet-dear-monkey/
No comments:
Post a Comment