01 February 2012

“Tersipu ma(sa la)lu”

Hey, Kesi.
Kira-kira gimana kabarmu sekarang ya? Udah lama banget kita ga ketemu sejak belasan tahun lalu. Sejak waktu kita masih kelas 1 SD dulu.

Jujur aja aku lupa namamu. Cuma nama panggilan itu yg masih kuingat. Lengkapnya, maaf, aku sungguh lupa tanpa bermaksud melupakannya.
Sebuah nama panggilan yg mirip dengan nama ibunda dari 3 tokoh wayang favoritku, Prabu Rahwana, Kumbakarna, dan Wibisana. Dialah Dewi Sukesi.
Ga usah kau tanya kenapa 3 raksasa itu bisa jadi tokoh wayang favoritku, aku ga akan mau menjelaskannya di surat ini. Mungkin di lain waktu.

Sebenarnya aku ga cukup yakin bahwa perasaan yg hadir di antara kita belasan tahun lalu adalah cinta. Aku lebih setuju menyebutnya ‘tertarik’ saja.
Tapi entah kenapa ketika mendengar frasa ‘cinta monyet’ seketika aku ingat kamu. Hey, cuma kamunya, bukan kenangannya. Lha wong waktu itu, arti kenangan aja aku belum tau, gimana bisa aku mengingatnya.

Kamu marah? Maaf. Aku benar-benar ga ingat. Mungkin kamu juga kan? Maklumlah, waktu itu kita masih sangat kanak-kanak untuk merekam kenangan. Kita sedang sibuk-sibuknya merekam apa yg diajarkan guru di kelas dan orang tua kita masing-masing di rumah.
Yg bisa kuingat dengan jelas adalah bahwa kita sangat dekat meski tanpa ada pernyataan cinta. Lucu memang. Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi pada anak seumuran itu. Bahkan ketika aku bercerita pada tanteku bahwa aku suka kamu, dia menertawakanku seketika.

Sayangnya sebelum kita sama-sama menyadari kelucuan itu, kita harus dipisahkan ketika naik kelas ke kelas 2 SD. Kamu pindah rumah dan sekolah, entah apa alasannya waktu itu. Sepertinya karena pekerjaan ayahmu.
Sejak saat itu kita ga pernah ketemu lagi. Sampai sekarang..

Andai saja kita bisa bertemu lagi dalam ketidaksengajaan yg disengaja oleh Tuhan, mungkin pertemuan kita itu akan lebih banyak kita habiskan dengan tertawa. Karena kini kita telah sama-sama sadar bahwa kita pernah jadi komedian kecil yg menjalani skenario Tuhan.

Hey, kenapa tiba-tiba aku jadi tersipu membayangkan pertemuan itu? Ah, konyol..


No comments:

Post a Comment