01 February 2012

The Man who Can('t) be Moved from My Heart

wajahmu dulu hingga sekarang sungguh memesona. putih, tampan, berkaca mata tapi seksi. aku tahu, kesempurnaanmu pasti diturunkan dari ayahmu yang juga tampan dan ibu yang luar biasa cantik. tunggu, bukan parasmu yang membuatku tertarik, tapi besarnya pengetahuanmu. di sekolah minggu, kamu adalah anak tercerdas dan aku selalu mengikuti prestasimu dari belakang. aku selalu membayangi setiap kegiatanmu, apapun itu. sayang, aku hanya sanggup memendam perasaan kepadamu. lagipula, kita masih anak-anak.

senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu. setiap minggu kerjaanku hanya menghitung hari, menunggu hari minggu untuk kembali bertemu denganmu. senang melihatmu tertawa, bernyanyi, menjawab pertanyaan, ataupun menanyakan pertanyaan. kita seumuran dan aku bersyukur karena kita selalu sekelas. tapi hanya di hari minggu. ya, di hari minggu.

sekolah dasar bukanlah zaman memadu kasih menurutku. itu juga bukan zaman hati yang banyak berbicara. jadi kuabaikan saja setiap perasaan yang muncul karena toh kita masih kecil dan aku perempuan. gengsiku terlalu besar untuk mengajakmu mengobrol. jadilah setiap hari minggu aku hanya bisa melihatmu. melihat saja. titik.

lulus sekolah dasar dan lanjut sekolah menengah pertama, aku masih terpaut di kamu. setiap bulan mengulang itungan hari menunggu hari minggu. tidak, bukannya aku tidak laku di sekolah, tapi please, pesonamu terlalu kuat untuk dilawan. kamu beda. suatu kali aku mendengar kalau kamu naik kelas lebih cepat karena sistem akselerasi membuat aku nyaris terjungkal. akhirnya kita pisah kelas selama setahun di sekolah minggu. ah, sedih. tapi aku tahu, berikutnya aku harus bisa satu sekolah denganmu agar aku bisa melihatmu senin, selasa, rabu, kamis, jumat, dan minggu.

dan ya, cinta itu buta cinta itu gila. dengan susah payah kususul kamu ke sekolah menengah atas yang sama denganmu. kamu kakak kelas di situ dan sialnya bagiku, lagi-lagi kamu masuk kelas akselerasi. kita hanya bisa bersama di sekolah itu selama setahun. aku cuma bisa melapangkan dada, menyalahkan diri sendiri yang dari awal tidak bisa jujur denganmu. tapi maaf, aku takut penolakan dan karma karena dulu sering menolak pria yang menyatakan perasaannya padaku.

ketika kamu lulus, aku menghitung berapa tahun hatiku tertuju denganmu. Empat tahun masa SD, tiga tahun masa SMP, dan setahun masa SMA. delapan tahun. ternyata delapan tahun aku tidak bisa move on darimu. tunggu, bahkan hingga (akhirnya) aku pacaran pun sejujurnya hati ini masih berdegup kencang tiap berpapasan denganmu di hari minggu saat ibadah dewasa. jadi ya, ditambah dua tahun masa SMA total sepuluh tahunlah aku jatuh hati padamu.

hei kamu, aku tidak menyesal sepuluh tahun menujukan hati padamu karena aku jadi tahu jenis orang seperti apa aku ini. aku orang yang setia (kalau sudah benar-benar jatuh hati dengan seseorang), bisa menjaga hati, dan ya, agak gila dan bodoh mungkin. sempat terpikir kalau harusnya aku mengaku perasaanku ini padamu. tapi saat mau mengutarakannya, kamu malah pergi ke bandung melanjutkan kuliah. saat kamu kembali, saat sudah 13 tahun terlewat, saat sudah terkumpul nyali untuk mengungkapkan perasaanku, aku malah tidak bisa mengucapkan satu kata pun!

hahaha, maaf, ya. ternyata (akhirnya) aku move on juga. yaaa, ternyata kamu tidak sebegitunya membuat hati dan perasaanku terpenjara. kupikir kamu adalah the man who can't be moved from my heart, ternyata aku salah. hahaha, terima kasih untuk kekasihku yang sekarang yang bisa membuat hatiku luluh menerimanya.

buat kamu, terima kasih loh pernah menjadi pujaan hatiku selama kurang lebih sepuluh tahun (walau kamu tidak tahu dan tidak akan pernah tahu).



salam bertahun-tahun,

perempuan yang selalu duduk di seberangmu saat kelas sekolah minggu.


No comments:

Post a Comment