07 February 2012

Kepada Masa Lalu

Kepada masa lalu,


Bagaimana kabarmu?

Apa kau baik-baik saja?

Ataukah kau mulai kesal sebab orang-orang terlalu banyak membenci dan mengabaikanmu?

Tenang saja, mereka hanya belum tahu seberapa pentingnya dirimu.

Orang-orang selalu berharap kau semata angin pagi yang menggoyangkan rambut berombak mereka. Lekas pergi, enyah, dan tak kembali. Tapi entah tak paham atau tuntutan perasaan, mereka enggan menganggapmu sebagai ingatan. Mungkin aku bisa memakluminya jika kau memang keterlaluan “jahat” pada mereka, tapi kenyataannya? Kau baik sekalipun, mereka tetap menganggapmu menyebalkan. Katanya, kau yang baik membuat mereka kini menjadi terpuruk karena tak bisa bertemu kembali denganmu. Dan terkadang mereka menganggapmu menjebak mereka dalam frasa “terjebak masa lalu”. Ah, itu berlebihan. Orang-orang memang terlalu sibuk menyempitkan pikiran.

Kau, yang terkadang orang beri nama kenangan,

Ketahuilah, seburuk apa pun kau di ingatan orang, aku terkadang iri padamu. Kau terlebih sering terlafalkan di bibir orang, ketimbang aku. Terlalu banyak orang yang berdebar takut untuk menemuiku. Mereka takut apa yang akan kuberikan tak sesuai dengan doa yang mereka lantunkan. Tak sedikit pula orang yang menemuimu dengan harapan bergantungan sembarangan akan menemuiku untuk sekadar mengharap kebaikan yang berlebihan. Ah, orang-orang macam itu hanyalah orang-orang bebal yang tak paham arti kehidupan. Biarkan saja itu menjadi urusan mereka bersama Penciptanya. Semestinya kita memang tak punya hak untuk ikut campur, tapi aku terlalu gatal untuk ingin membahasnya.

Untuk yang terakhir, boleh kuungkapkan hubungan antara kau dan aku? Kau adalah pelajaran, sementara aku adalah jalan.


Salam hangat,

Masa Depan.



Oleh:

No comments:

Post a Comment