07 February 2012

Surat untuk Qe #2

Dear aprina,

Aku menulis surat ini padamu sekali lagi. hanya untuk membayangkan senyummu sebelum kalimat pertama usai. Membayangkan jatuh pada palung lesung pipimu dan tak pulang-pulang.

sebelum membaca surat ini lebih jauh, tolong jauhkan benda-benda tajam yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Kau tahu, aku kemarin ke kedai kopi. melihat sebuah kursi yang dulu kau duduki. Berbincang dengan seseorang yang aku tak tahu persis apa yang kalian bincangkan; antara seputar bisnis atau tentang pembuatan buku yaasiin untuk mengenang almarhum bapak. Maaf, karena mencuri dengar, tak sengaja.



Pagi ini, sambil menyeduh kopi, aku menulis surat untukmu. Warna kopinya coklat pekat. Seperti warna jilbabmu sewaktu kita pertama bertemu. Hmm, pasti muncul pertanyaan dikepalamu: “apa iya aku memakai jilbab coklat waktu itu?”

Sementara pertanyaan itu masih lalu lalang dikepala, dan kau mulai menganggapku sebagai orang aneh. Memperhatikan halhal yang tidak penting. Kau juga memakai baju merah jambu dan terlihat agak lebar (baca: gemuk). Kau pasti orang yang mempunyai sifat sabar. Ada pepatah: orang sabar badannya lebar. *siap siap pake rompi anti peluru*

Ohya, bagaimana proses pemindahan makam bapakmu? Pasti beliau disana sangat senang kembali ke tanah asalnya.

Tetiba aku merindukan bapakku. Dia juga sudah lebih dulu meninggalkan kami; ibu dan adikadikku. Beliau pasti sudah tenang disana. Mungkin sedang bersama bapakmu, sedang menyeruput kopi dan berbincang. Bapakku suka sekali kopi. ibu membuatkan untuknya, dulu, meski kadang beliau juga buat sendiri.

Apa nama salah satu kampung di atjeh sana? Takengon ya? Nama kampungnya seperti lelaki kemayu yang sedang mengungkapkan perasaan kangennya; ta kengon. cyiiinn!!! :p itu nama kampungmu ya..???

Hey, kau ingat foto ini:



Foto yang diambil sewaktu kita dan temanteman melewatkan malam pergantian tahun di ibukota. Agak kontras gambarnya. Hitam-putih. Kuberi judul fotonya: beast and the beauty.

Kau lihat dirimu di foto itu. Sedang menggunakan jurus andalan. Senyum manyunmu yang khas itu. :p

dan saya seperti seorang monster dalam kisah dongeng; sedang menunggu datangnya seorang putri cantik. yang mencintainya apa adanya dan melepas kutukannya agar ia menjadi pangeran yang tampan. Hahahaha… agak lebay bagian ini. Ingin kuhilangkan dari isi surat. Tapi, dibuang sayang.

Setiap melihat orang lebay, aku ingin sekali membunuhnya. Tapi, kemudian aku sadar, tuhan melarang hambanya untuk bunuh diri.

Dan dibagian terakhir dari surat ini, aku lampirkan foto ini:



Itu foto waktu kita pertama bertemu. Foto ini juga bisa menjawab pertanyaan yang lalu lalang dikepalamu tadi. (agak sok tahu ya.. akh, anggap saja kau memang sedang bertanya-tanya mengenai hal itu).  Aku tidak sedetail itu mengingat beberapa peristiwa. Kutemukan foto nya di folder foto pada notebook-ku. Hehehe… melihat dirimu di foto itu, semoga bisa mengobati rasa kangenku. #satudarah seng bole baku pisah.



Salam Kangen,

Ben Yusoff Gersee




oleh @onossel

diambil dari http://tempathurufberkumpul.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment