Dear @melodiousghe,
Mungkin aku tidak akan pernah mengerti rasa yang kamu alami. Tapi aku mengerti rasanya kehilangan. Rasa yang bahkan tidak bisa kudefinisikan dalam kata-kata, karena begitu sakit hingga terkadang begitu susah untuk menangis.
Ghe,
Setiap manusia menghadapi kesedihan dengan caranya masing-masing. Aku, dengan cara tidak memikirkannya terlampau dalam. Satu hal yang kusyukuri adalah teman-teman yang kutemui setiap hari mengerti bahwa mereka tidak seharusnya berkata aku harus tegar dan sabar. Jangan, jangan pernah mengatakan hal ini pada mereka yang sedang kehilangan. Mereka kehilangan seseorang yang berarti, kenapa mereka tidak boleh rapuh dan sedih?
Teman-temanku itu, Ghe, tidak berkata apa-apa. Terkadang mereka menepuk pundakku sebagai cara untuk memberitahuku bahwa mereka berusaha mengerti keadaanku. Tapi setelahnya mereka akan bersikap biasa, karena mengerti tidak ada gunanya kata-kata yang penuh simpati dan kasihan. Bukan itu yang kubutuhkan.
Ghe,
Ketika kamu kehilangan Yeremia (it’s his name, isn’t it?) di saat kalian bahkan belum bertemu, aku tidak tahu bagaimana rasanya. Tapi aku mengerti rasanya kehilangan. Kamu boleh kok merasa ingin menangis begitu keras, atau malah diam saja tidak berkata apa-apa. Atau mungkin kamu memilih untuk menghadapinya dengan tawa. Lakukan saja, hingga kamu menemukan sebuah celah di mana kamu merasa harus bangkit kembali dan meneruskan hidupmu.
Satu hal yang kulakukan ketika aku kehilangan adalah menyerahkan pada-Nya. Aku tidak akan pernah mengerti bagaimana kehilangan adalah jalan terbaik yang dipilih Tuhan. Tapi kita memang tidak perlu berusaha mengerti jalan-Nya, yang harus kita lakukan adalah percaya.
Jadi, Ghe, aku yakin kamu menyerahkan segalanya pada-Nya. Karena itu satu-satunya jalan, bukan?
Penuh cinta,
A.
oleh: @prameswary
diambil dari: http://ayuprameswary.wordpress.com
No comments:
Post a Comment