29 January 2012

Selamat Berbahagia

Surat ini kutujukan untukmu, meski kamu tak akan pernah tahu. Kamu selalu menyalamiku sambil menempelkannya di keningmu, memanggil namaku dengan suara cemprengmu. Selalu bercerita tentang keseharianmu dan pria yang mendekatimu, dan aku orang yang paling cerewet soal itu karena bagiku kamu adalah adik kecilku.

Tiga tahun yang lalu, aku hanyut dalam sendu. Kamu yang selama ini bersampul riang, ternyata sedang meradang. Kanker nama yang angker, katanya dia menggerogoti sel-sel otakmu. Meninggalkan tubuhmu dengan pikiranmu terpisah, kamu masih asyik disana, di dunia yang aku tak tahu dimana. Dan aku, karena cuek ku bahkan baru tahu setelah aku pergi jauh darimu. Saat kangen denganmu tapi ternyata dokter yang merawatmu yang membalasnya. Kalut, mendengar kamu harus berbaring dan tetap hening.

Berbulan-bulan waktu ku lalui dengan menghubungi dokter itu sambil menyimpan harapan. Aku selalu percaya keajaiban, buktinya saja kamu akhirnya kembali menyapa ceria meski sebagian ingatan masa silam mengendap dalam. Dan aku masih belum menyerah, aku terus meminta dokter untuk memancing ingatan-ingatan itu, kenangan yang mungkin berkesan untukmu.

Lagi-lagi tangan-Nya berkuasa lewat dokter itu kamu kembali ingat semua, tentang aku dan tentang segala hal. Kita kembali rajin menyapa, kamu sering bercerita segalanya tetap seperti kamu yang ceria. Berbulan-bulan kemudian dan kamu tak ada kabar, aku mencoba menguhubungi tapi kontakmu tidak menyala, lagi-lagi ini salahku yang cuek luar biasa.

Berpikir baik-baik saja dan kamu mengganti kontak supaya bisa menghindar dari pria yang membuatmu luka, karena kesibukanku aku pun lupa dengan banyak hal termasuk kamu. Kemarin, setelah tiga tahun aku kembali teringat akanmu, aku coba membuka profilmu. Tak kutemukan. Aku coba membuka profil dokter itu karena pasti dia tahu keberadaanmu, aku menemukannya. Saat aku ingin menuliskan pesan untuknya aku melihat ada ucapan juga untuk dia.

Tanganku berhenti bergerak, hatiku berontak. Masih ingin tahu, aku melihat linimasa miliknya, oh kamu sudah bersamanya ya rupanya. Sedih sebenarnya mengetahui hal yang terlambat begitu lama. Memang benar jika ternyata rasa penasaran itu pembunuh andalan.

Selamat berbahagia untuk kamu dan dia, semoga kalian bahagia di rumah-Nya. Maafkan aku, yang terlambat tahu semuanya, maaf karena cuek luar biasa ini membuat aku tak sadar kamu pergi begitu lama. Aku, aku. Entahlah, pandanganku sekarang kabur karena air mata. Penyesalan memang hanya muncul di akhir perjalanan, dan kamu, kamu sudah tiba di akhir perjalanan fana. Selamat bertemu dengan kebahagiaan kekal mu disana.


tertanda

-JD-

Oleh:

No comments:

Post a Comment