29 January 2012

Kamu Percaya Kalau Di Dunia Ini Nggak Ada Yang Namanya Kebetulan?

Teruntuk kamu @tabibqiu
Sebenarnya aku malu menulis surat ini buat kamu. Semua orang kenal kamu dan aku bukan siapa-siapa. Kamu tau, sejak pertemuan kita yang pertama kali sebelum kamu naik ke atas panggung, aku sama sekali tidak pernah menyangka kalau kita bisa berkomunikasi seperti ini. Bisa bertemu denganmu waktu itu saja sudah menjadi salah satu anugerah dalam hidupku.
Aku suka dengan caramu menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Itu kali pertama aku merasa nyambung dengan kamu. Padahal kamu hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin udah biasa dilontarkan reporter lain. Oh, ya, aku mau kamu tau, kalau waktu bertemu denganmu waktu itu aku sedang sakit. Hemoglobinku menurun drastis. Bahkan aku sempat jatuh di parkiran waktu sedang berjalan menuju lobby hotel sebelum bertemu denganmu. Untung temanku segera menolong. Kalau tidak, mungkin aku akan malu dilihat penjaga parkir saat itu.
Itu kali pertama kita bertemu. Lalu waktu berlalu… Dan kita sama sekali nggak pernah berkomunikasi lagi. Itu terjadi pada akhir tahun 2010.
Lalu pada September tahun 2011 kemarin waktu aku baru bikin akun baru di Linkedin, aku mendapat notifikasi baru. Kamu menambahkan aku sebagai salah satu teman di daftar link-mu. Aku terkejut sekaligus haru. Makanya aku langsung mengirim pesan singkat yang berisi kalau aku senang bisa ketemu kamu lagi meski hanya di Linkedin.
Entah kamu sedang tidak sibuk atau apapun itu namanya, pesanku langsung kamu balas. Supaya topik obrolan kita tidak membosankan, aku tak lupa mengucapkan happy belated birthday. Aku tau telat. Tapi kupikir lebih baik daripada tidak sama sekali. Lalu kita saling bertukar kabar dengan menanyakan kesibukan. Kamu tau, aku sama sekali tidak pernah menyangka kalau kamu akan bertanya seperti itu.
Balas membalas pesan menjadi hal yang begitu cepatnya kita lakukan saat itu. Aku bingung bercampur senang. Apa kamu sedang tidak sibuk waktu itu sampai bisa-bisanya balas membalas pesan dengan cepat bersamaku. Selanjutnya, biar topik pembicaraan tidak berubah monoton, aku juga memberikan ucapan selamat karena kamu akhirnya punya pasangan hidup. Aku ingat betul waktu itu aku bilang kalau aku susah memulai untuk mengucapkan selamat buat kamu karena aku takut kamu bilang norak. Tapi ternyata nggak sama sekali. Kamu bahkan membalas pesanku dengan berterimakasih atas doa-doa kelanggengan yang kupanjatkan buat kamu dan dia.
Waktu terus berlalu dan waktu aku menemukan foto profil BBM-mu adalah foto single terbaru, makanya aku bermaksud untuk meriviewnya di majalah tempat aku bekerja. Komunikasi kita tetap seperti biasa.
Sampai akhirnya entah kenapa aku langsung mengomentari status BBM-mu yang mengatakan kalau kamu sedang di Bandung. Aku bilang kalau aku selalu iri kalau melihat ada yang pergi ke Bandung. Kamu tau kan alasannya? Aku memang sangat menyukai atmosfer Bandung, bahkan sebelum aku pernah menginjakkan kaki di sana.
Kita kembali bercerita dan ada beberapa hal yang aku rasa tidak terlalu penting untuk dibahas. Tapi kamu malah mengatakan kalau apapun itu pasti penting. Perasaanku kembali seperti bulan September 2011 kemarin. Aku merasa kamu memang sosok sederhana yang hangat. Kita bicara panjang lebar, mulai dari soal kegiatan kamu di sana sampai tentang seseorang dari masa laluku. Ahh, ini lucu pikirku. Kenapa aku bisa membahas soal ini denganmu.
Waktu tetap terus berjalan. Tahun berganti dan semalam tepatnya. Tanggal 27 Januari 2012. Kamu mengirimkan ucapan selamat ulang tahun lewat BBM. Kamu tau, aku terkejut sekaligus terharu. Aku bingung entah dari mana kamu tau aku ulangtahun. Pasalnya kamu kan tidak mem-follow aku sama sekali. Makanya kubilang sangat terkejut.
Lalu kita kembali membahas hal-hal yang sama sekali nggak berkaitan dengan pekerjaan kita. Bukan tentang musik, bukan tentang review, bukan pula tentang kesibukan manggung. Yang kita bicarakan adalah soal karakter. Lalu dengan malu-malu aku bilang ke kamu kalau aku merasa kamu itu adalah sosok yang sensitif dan romantis. Seketika kamu langsung bertanya kenapa bisa menyimpulkan seperti itu, maka aku pun menjawab panjang lebar semua komunikasi yang pernah terjadi antara kita.
Qiu, kamu tau, di dunia aku percaya nggak ada yang namanya kebetulan. Kebetulan kamu datang ke Medan, kebetulan aku yang mendapat tugas untuk mewawancarai kamu. Kebetulan aku membuat akun baru di Linkedin dan bertemu kamu. Kemudian kebetulan kamu merilis single baru dan aku meriviewnya. Lalu yang terakhir kebetulan aku ulang tahun dan kamu mengucapkan selamat ulang tahun.
Semua yang aku sebutkan tadi bukan kebetulan. Nggak ada yang namanya kebetulan, yang ada itu hanya kebenaran. Karena aku percaya every thing happens for a reason. Semoga suatu saat ketika semesta mengizinkan, kita bertemu ya. Lalu bercerita panjang lebar satu sama lain dengan saling bertatap wajah. Bukan lagi menatap layar komputer atau Blackberry seperti yang pernah kita lakukan.



No comments:

Post a Comment