29 January 2012

Mantan Calon Ibu Mertua Lagi

Halo Bunda yang baik…
Apakah kau sudah membaca suratku yang lalu? Maaf, kini aku menulis lagi untukmu hanya untuk menjelaskan kejadian kemarin malam yang membuatmu menangis. Aku pasti sudah sangat menyakitimu hingga air matamu mengalir deras dan kau tidak lagi mau membalas pesan-pesanku.
Aku tahu, aku pasti akan membuatmu sedih bunda, dengan segala keegoisanku. Aku mengembalikan kenanganku bersama anakmu dan kau menolaknya. Kau meminta aku membuangnya jika aku membenci kenangan itu. Tidak. Aku tidak membenci segala yang kulalui bersama anakmu. Segalanya indah untukku, namun aku ragu untuknya. Bunda, alasan aku mengembalikan kenangan itu hanyalah karena keegoisanku, kuakui itu. Aku tidak lagi sanggup melihatnya apalagi menggunakannya di masa kini. Aku tidak ingin bersedih terlalu lama, terlalu dalam.
Apakah kau tahu bunda? Ketika aku menatap kenanganku bersama anakmu, aku ingin membalik waktu. Ingin kembali lagi bersamanya. Bodohnya aku kan bunda?! Nyaris setahun aku menantinya kembali padaku dengan setia, kugenggam lengan waktu untuk berjalan bersama dengan akur. Aku bersabar berjalan beriringan dengan waktu yang tidak mungkin berlari. Tapi kau pun (mungkin) tahu bunda, dia berpaling menyakitiku. Datang dengan mengembalikan harapan yang aku titipkan padanya. Memberiku hadiah seolah-olah memberikan apresiasi atas kesetiaanku menunggu bersama waktu atas hal yang tak pasti.
Jam tangan itu, kenangan yang entah bisa aku bilang apa. Jam tangan itu, seakan-akan menertawakan atas kesetiaan bodohku menunggu begitu lama. Jam tangan itu, dia berikan padaku bahkan ketika hatinya tidak lagi setia padaku. Aku jadi merasa tidak berhak untuk menyimpannya. Tidak sanggup menggunakannya. Tidak sanggup menatap jarumnya berputar karena aku tidak lagi menunggu hal indah yang kudamba.
Bunda, tidak ada alasan baik yang bisa aku ungkapkan padamu tentang keegoisanku. Semuanya hanyalah sekedar keegoisan menjaga hatiku sendiri tapi aku jelas-jelas tidak memikirkan perasaanmu. Maafkan aku. Jelas, aku tidak ada maksud menyakitimu bunda… Aku masih berharap kau tetap mengingat hal baik tentang aku yang hanya setitik. Semoga sakitnya hatimu karena aku masih sanggup meluangkan maaf yang kupinta dengan sangat.
Maafkan aku bunda. Segala hal buruk yang aku lakukan kemarin bukan maksud untuk menyakitimu. Semoga kau masih percaya. Semoga kau masih sudi menganggap aku anakmu, meski aku tidak lagi menjadi calon menantumu.
Maafkan aku bunda… Akhirnya aku putuskan untuk menyimpan kenangan itu meski aku belum sanggup menggunakannya.
Salam sayang, cinta dan rinduku yang tersembunyi
Aku, mantan calon menantumu
@hotarukika


No comments:

Post a Comment