23 January 2012

Kepada si L

Teruntuk kamu, seseorang dari masa lampau,

Perlukah ku mulai surat ini dengan sapaan? Agar suasana kita dapat cair kembali seperti 2 tahun lalu? Baiklah, mungkin aku perlu menyapamu lagi setelah hampir 2 tahun kita bertemu. Hai L, apa kabarmu? Apa kau masih ingat padaku? Jika kau lupa segera lah tengok ayunan di halaman rumahmu, tempat kita dulu menghabiskan waktu bersama, disebelahnya terdapat pohon dan kita mengukir nama kita disana. Iya, setiap sore kan kita bermain disana.
Setelah hampir 5 tahun bersama melewati waktu berdua, sabtu malam di 23 Juni waktu itu, kau mengajakku jalan lalu kau tiba-tiba ingin berkata sesuatu padaku. Dan ternyata kau memutuskan untuk mengakhiri semuanya.
Tahukah kau? Malam itu, dibawah lampu jalanan yang berjarak setiap 50 meter, aku berjalan menyusuri malam dikala hujan, aku suka melakukannya, karena ketika aku menangis di bawah hujan aku tahu bahwa takkan ada orang yang tahu dan melihatku sedang menangis. Tapi kau tidak mengejarku, membiarkanku berjalan dibawah hujan menangis sendirian dimalam hari. Tega, iya kau sungguh tega.
Dengan semua ketegaanmu kau makhluk yang paling aku benci saat itu..

Tiba-tiba ketika aku merasa hidupku sudah nyaman dan menyenangkan tanpamu, di bawah pintu rumah kutemukan sepucuk surat darimu. Kau bilang kau rindu, kau bilang kau ingin jumpa denganku di tempat biasa, kau bilang ingin kembali. Aku kira aku tau kenapa kau melakukan ini, kau putus dari pacarmu kan? Lalu kau mencariku lagi? Sebagai tempat mu singgah?
Tak bisa kau perlakukan aku seperti itu, seolah-olah aku masih milikmu.

Selang sehari setelah ku dapat surat darimu, tiba-tiba di depan rumahku terdapat sebuket bunga dengan ucapan selamat pagi, pesan dari seseorang inisial L yang tak lain dan tak bukan itu adalah kamu! Kamu lagi dan lagi. Maksudmu ingin mencuri dan menarik perhatianku ya?
Besoknya bukan hanya sebuket bunga yang ada didepan rumah, hari ini bertambah menjadi dua buket, dan terus bertambah setiap harinya hingga pada hari ke 7 aku mendapat 7 buket bunga dengan sepucuk surat yang berbeda dari biasanya. Surat yang ini wangi parfumku, lalu isinya adalah engkau menyuruhku mengikuti petunjuk yang kau berikan sebagaimana dalam surat yang kau tulis, katamu dari tempat aku menerima surat darimu aku harus berjalan 1 blok ke blok D. Ah rupa nya kau mengaturku untuk kembali ke tempat pertama kita berjumpa, ingin flashback tentang semuanya?
Tapi ternyata disana yang ada hanya setumpukan daun kering yang di atasnya ternyata ada kotak berwarna hijau. Ku hampiri lalu di kotak itu terdapat petunjuk lain. Ku ikuti lagi perintahmu, mengikuti rasa penasaranku dan aku bergumam dalam hati "awas jika nanti kau kutemukan, akan kujitak kau dengan keras" aku berjalan lagi diikuti rasa cemas, katamu kau ada di taman komplek.
Dan ketika aku sampai, tak kudapati kau disana, yang kudapati hanyalah sebuah spanduk dengan tulisan "selamat datang kembali" aku pun bertanya tanya, "selamat datang kembali? Kembali untuk apa?" Ketika aku bingung melihat kanan dan kiri mencari adanya dirimu tiba-tiba ada yang menepuk pundakku, jantungku berdebar hebat sama seperti biasa ketika aku bertemu denganmu. Ketika aku berbalik yang pertama kau katakan adalah "hai, apa kabar?" aku canggung dengan suasana ini.... Tanpa sempat ku jawab pertanyaanmu itu tiba-tiba kau menutup mulutku dengan telunjukku. Tiba-tiba kau mengeluarkan sesuatu, itu adalah cincin. Hah? Apa maksudmu dengan ini semua?
Aku tak mau jawab dan aku pergi, kau sungguh seenaknya.
Kau mengejarku hingga ke rumah tanpa kubiarkan kau masuk.
Ku tuliskan nomor handphone ku di note di pintu rumahku, supaya kamu menghubungiku, aku tak mau melihat wajahmu, aku belum sanggup untuk terluka (lagi).

Surat ini balasan atas semua suratmu, jika kau sungguh-sungguh menginginkanku lagi ku tunggu usaha mu, buktikan hingga aku percaya dan akan ku beri jawabannya.

Sekian dariku, semoga kau tetap pada pendirianmu.



oleh @maharanifilen

diambil dari http://maharanifln.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment