24 January 2012

Dear Denny

Dear Denny,

aku rindu...
Banyak yang berubah semenjak kamu ga ada...
Kebanyakan kami memilih untuk berpikir kamu meninggal
daripada menghadapi kenyataan yang sebenarnya...
Sesunguhnya,
saat kematian menjadi opsi yang lebih baik
untuk mengingat kepergian seseorang,
kamu tau bagaimana parahnya kenyataan itu...

Aku mencoba untuk berhenti membayangkan wajahmu dikepalaku.
Semenit pertama,
kamu seperti orang asing buatku,
hatiku beku...
Menit kedua pelan-pelan aku ingat semua,
dan kebas menjadi perih,
tidak lama bayanganmu buyar
seperti riak air yang dilempar kerikil.
Aku yang lempar.

Dear Denny,
sampai hari ini aku tidak mengerti
bagaimana manusia bisa sekejam itu,
mempermainkan hidup orang lain...
Hari ini,
aku bermain cantik, Den...
Semua aku mulai dengan kejujuran,
dengan transparant...
Aku tidak menutup mata mereka dari kenyataan
agar aku bisa mendapatkan kepunyaan mereka
yang ingin aku miliki.
Dan mereka punya kebebasan untuk memilih,
untuk tinggal,
atau pergi...
Karena hati manusia bukan mainan, Den...

Dear Denny,
apa yang kita miliki dulu,
seumpama istana pasir yang dibangun
megah dengan detail dan segala isinya...
Istimewa,
namun palsu.

Kalau benar dunia pararel itu ada,
semoga cerita tentang kita jauh berbeda
atau mungkin yang terbaik,
kamu dan aku,
tidak pernah bertemu saja..
Karena menjadi pahit itu melelahkan...

Aku masih menyimpan semuanya, Den...
Email dan foto-foto yang kamu kirimkan,
forwardan email dari teman dan kolegamu,
dan terkadang,
ketika aku membacanya,
hatiku menyeringai tak percaya...
Luar biasa, luar biasa...
Sungguhan Raja...
Raja Penipu.
Permainan apik, Den,
yang dimainkan siapapun itu namanya
yang mengambil kamu dariku.
Dan ironis bagaimana setelah semuanya,
masih begitu yakin
pintu akan terbuka
dan aku diciptakan khusus untuknya.
Aku diciptakan bukan untuk siapa-siapa.
Aku diciptakan,
dengan kebebasan memilih aku ingin dengan siapa.
Lihat, Den,
bahkan Tuhan memberikanku kesempatan
untuk memilih...
Kenapa siapapun namanya itu
bermain tuhan kecil dan merampas hakku?

Dear Denny,
kami semua merindukanmu...
Kamu yang sempat dekat di hati,
hatiku dan hati mereka...
Bagaimana kisah tentangmu seperti sesuatu yang indah
namun dibalik semuanya tersimpan rahasia kotor
masih berat untuk dicerna dan diterima...
Tapi begitulah kenyataan yang ada,
dan setelah sekian lama disuguhkan mimpi palsu berlapis madu,
aku jauh lebih memilih kenyataan ini.
Akhirnya terlepas dari jerat tak pasti
dan memiliki kesempatan memilih dimana aku berdiri
dan kemana aku harus pergi.

Sudah ya, Den,
aku tidak tau mau menulis apa lagi...
Semua tulisan ini dimulai dengan rindu
dan sepertinya diakhiri dengan keputus-asaan..
Aku tidak putus asa.
Cuma pahit.

Dan aku ingin berkata,
“Jaga diri baik-baik ya Den...”,
namun apa gunanya,
toh,
kamu sudah meninggal...
Ya kan Den?




No comments:

Post a Comment