24 January 2012

Kau Pohonku, Aku Akarmu

Disela rintik hujan yang mengiringi kita. Kau datang tiba-tiba, berhembus lembut bagaikan angin yang menerpa wajahku. Tiba-tiba pula kau mengusikku dengan kehadiranmu. Semua tentangmu serba tiba-tiba. Kau pun tak hanya membuatku terusik, tapi juga menggangguku sangat.

Kau layaknya pohon yang rapuh. Daunmu kering dan layu. Tak lagi hijau namun menguning. Batangmu pun rapuh dan hampir patah sedikit demi sedikit. Akarmu tak lagi bisa menjangkau dimana air yang kau butuhkan berada. Tak ada gairah untukmu hidup. Kau yang sedang kehausan dan membutuhkan penopang yang kuat untuk mempertahankan hidupmu. Kau begitu memprihatinkan bagiku. Menyedihkan. Aku tak kuasa melihat semua ini. Kondisimu yang tak mampu untukku menatapmu dalam-dalam. Tapi, kuikhlaskan, untuk tetap berada di sampingmu. Karena kau memintaku.

Meskipun kau pohon yang rapuh dan hampir punah. Tapi bagiku kau tetap adalah pohon yang kuat. Kau tetap bisa melindungiku dari rintik hujan oleh daunmu yang rimbun dan lebat. Kau mampu memberikan kesegaran untuk mataku oleh daunmu yang hijau. Kau mampu memberikan sandaran untukku jika ku terlelah dan letih. Kau pun mampu menjadi tempatku menuang segala carut marut pikiranku dengan mengukirnya di batangmu. Dan menjadikan namaku abadi di sana.

Disela rintik hujan itu, aku dibawah naunganmu. Kerapuhanmu membuatku ingin tetap bertahan di sampingmu. Menyemangatimu dalam dera kehidupan yang tak mendukungmu. Memupukmu dalam-dalam dengan kasih sayang agar kau kembali kokoh. Menyirammu dengan nasehat-nasehat dan saran yang kau butuhkan agar dahaga kehausanmu hilang berganti. Menyinarimu dengan cahaya ketulusan dan keikhlasan yang terdalam untuk mencerahkan dan menghijaukan kembali daun-daunmu yang layu dan menguning. Tak hanya itu yang aku lakukan. Karena aku benar-benar ingin menjadi akarmu yang kuat. Sekuat dirimu yang dulu.

Hai pohon. Tahukah kau. Sejak kau memintaku menjadi akarmu. Betapa aku bahagia. Aku senang. Semuanya bercampur baur dalam hatiku. Aku pun tak bisa merasakan dengan hitungan jari tentang rasa yang aku rasakan saat itu. Karena kau yang memintaku.

Hai pohon, kini akulah akarmu yang kuat, yang mampu menopangmu untuk bertahan hidup. Tapi aku bukanlah akar yang sempurna bagimu. Karena kau tahu aku hanyalah sebagian dari tubuhmu. Tapi aku tak akan pernah lepas untuk mengokohkanmu, asalkan kau pun mendukung usahaku.

Hai pohon, akulah akarmu, biarkan aku bertahan denganmu di dalam kehidupan ini. Jangan pernah kau rapuh lagi seperti dulu. Karena kau lah satu-satunya yang menaungiku. Tanpamu pun aku pasti akan rapuh. Tak ingin aku kehilangan dirimu. Bagiku kaulah pohon yang langka. Bagiku pula kau tercipta khusus untukku dan tak ada yang bisa menyamaimu. Meskipun semua pohon itu sama, tapi hanya kau lah satu-satunya yang terbaik. Justru dikala kau rapuh itulah, aku peduli padamu.

Hai pohon, tegaklah kembali. Semangatlah kembali. Menguatlah kembali. Dan menghijaulah kembali. Aku di sampingmu. Permintaanmu aku terima. Ikhlas dan tulus sebagai akarmu yang kan selalu tertanam abadi dengan bagianmu yang lain. Begitupun juga namaku yang telah kau ukir penuh dalam setiap batangmu dan di setiap lembar hijaunya daunmu.

Aku menerima permintaanmu sebagai akarmu dan itulah janjiku, pohonku. Karena kaulah kini pohonku yang kuat kembali.

Dari
Akarmu



Oleh:

Diambil dari: http://funnie.blogdetik.com

No comments:

Post a Comment