nyeri...
  tajam dan tumpul sama saja. kedua-duanya tetap nyeri bukan?
  keduanya sama-sama menyiksa atau mungkin membunuh perlahan. entah dimana pun lokasinya.
  sakit...
  seperti menjadi nama tengah ku sekarang.  pertambahan waktu sama halnya dengan kegilaannya untuk terus berkembang  dan menggerogoti dengan mantap.
  mati...
  belum saatnya untuk tubuh ini , namun iya untuk sel dan jaringan yang terus-terusan di serang nyeri dan sakit.
  di atas seprai putih, tubuh ini seakan lumpuh tak berguna. tanpa bisa menggerakan, kecuali tangan sebelah dextra yg  masih bisa leluasa. lalu, bagaimana yg lainnya? mereka mengalah dan tak  berkutik, hanya agar nyeri dan sakit bisa terkurangi atau bahkan tak  mengundang mereka untuk datang.
  botol-an  infus dan analgesik berbagai jenis serta macamnya seperti menjadi teman  terbaik saat ini, bahkan lebih dari itu. mereka lebih dari P-A-C-A-R  untuk ku saat ini. hidup ini bergantung pada mereka, pada suntikan  analgesik setiap jamnya dan penggantian botol infus yg entah telah  berapa banyak ku habiskan.
  bagaimana  tidak aku menggantungkan diri ini pada mereka, jika bukan karena nyeri  dan sakit yg seperti ingin membunuhku. membuatku meringis, menangis,  meneriakan suara, menggetarkan gigi, mencengkram rambut, pinggiram  tempat tidur dan apa saja yg bisa aku cengkram, bahkan menggigiti apapun  karena sakit dan nyeri yg begitu menyiksa.
  nyeri...sakit..., mereka terus tumbuh subur seiring bertambanhnya waktu.  bahkan analgesik yg biasanya hanya diberikan jika sakit nya telah  benar-benar sakit dan tak dapat tertahankan lagi, tak mampu melawan  lagi, semalam.  hingga akhirnya, jenis analgesik baru pun di berikan kepada tubuh ini.  bukan lagi obat yang di tanamkan ke dubur seperti hari-hari sebelumnya.  kali ini berupa suntikan yg dalam sekejap mampu membuat jantung berdebar  kencang, kepala seperti berputar dan tubuh serasa melayang hingga saat  aku menulis ini.bahkan karena obat itu, dalam waktu yg cukup lama, aku  tak sadarkan diri.
  entah obat apa itu, mungkin sejenis turunan morfin.
 walau satu dari dua harus lumpuh sementara, bukan penghalang untuk terus menari indah. toh, masih ada satu lainnya. walau kesadaran pun susah untuk dipertahankan hingga goresan ini lengkap untuk ku torehkan, biarkan kali ini aku menyelesaikannya, karena.... entah kapan aku bisa menorehkan goresan tanpa tinta lagi.
Oleh:
Diambil dari: http://itsuta-itsu.blogspot.com
No comments:
Post a Comment