15 January 2012

Terima Kasih, Maaf, dan Tolong

Hello there, kemarin Jumat saat berkumpul bersama teman SMA aku mencoba merokok. Ugh! Kamu salah besar karena sudah melarang aku merokok. Katamu jangan sekali-kali mencoba karena nanti pasti ketagihan. Apanya yang ketagihan, hisapan pertama saja aku sudah tersedak. Setelah itu mulutku rasanya pahit dan perutku mual. Nggak enak sekali. 

Hey, kalau dipikir-pikir kita nggak pernah kenalan kan? Aduh. Aku tau namamu karena tugas malam keakraban yang aneh itu: harus meminta tandatangan 50 orang senior. Kamu, mungkin malah nggak tau namaku. Aduh lagi. Masa aku harus utuk-utuk datang ke tempatmu dan mengulurkan tangan, ”Kenalan yuk?” padahal selama ini di jejaring sosial kita beberapa kali mengobrol? Malu. 

Di dunia nyata pun, kita juga nggak pernah mengobrol. Sebatas, ”Kak minta tanda tangan dong” dan dijawab ”Ya sini bukunya.”. Apa mungkin karena aku 2011 kamu 2010? Ah, katanya nggak ada istilah senior-junior di kampus kita? Semua itu teman. Atau karena kamu cowok aku cewek? Eh eh, nggak nyambung ya. Hehe, maaf. 

Jadi, kalau kita nggak pernah kenalan dan nggak pernah ngobrol di dunia nyata, kenapa sebegitu berani kamu melarang aku untuk mencoba merokok? Kamu siapa gitu? Temen, kan nggak pernah kenalan dan ngobrol? Hehe. Saudara? Sahabat? Guru? Dosen? Dukun? Nah lho apalagi tuh! 

Ah tapi sudahlah, yang penting aku sudah mencoba seperti apa sih rasanya merokok dan sama-sekali nggak menikmatinya. Terimakasih, untuk pernah peduli dan melarang aku. Tapi maaf, aku tetap mencobanya. Dan tolong akui, bahwa aku sudah hebat karena tidak kecanduan. Hehe.. 

Kamu juga boleh lho mencoba merokok, buat pengalaman aja! Jadi ketika kamu bilang merokok itu nggak enak, itu karena kamu pernah mengalaminya.

Have a beautiful morning, there :)

dikirim oleh @danastrias

No comments:

Post a Comment