15 January 2012

Yang Membuatku Jatuh Cinta Setiap Hari

Untuk dua kekasihku yang ganteng: Umar dan Salman.

Ini surat cinta pertamaku. Aku ingin menuliskannya untuk kalian berdua supaya adil dan tak ada yang saling merebut hanya karena aku membuatnya satu saja.

Umar,
Kamulah cinta pertamaku yang selalu kutunggu hadirnya. Senyum manis dengan kerling mata genit sungguh membuat siapa pun terpesona. Sapa ramahmu pada semua orang membuatmu banyak dikenal. Riang tawa candamu dan tak peduli apa kata orang, tak menyurutkan tingkahmu yang selalu ingin tampil eksis narsis. Tapi aku suka. Aku suka apa yang ada padamu.

Matamu selalu menyimpan banyak pertanyaan yang harus kujawab setiap harinya. Bila aku tak sanggup menjawab, maka kuajak kamu membuka buku dan mencari jawaban yang tepat. Kamu pun mengangguk puas dan memelukku erat.

Jangan pernah tinggalkan aku. Oh sungguh, aku tak akan sanggup jauh darimu walau sejenak. Aku telanjur jatuh cinta padamu. Aku selalu meleleh melihat senyummu dan ciumanmu yang bertubi. “Aku sayang! Aku sayang! Aku sayang!” Begitu selalu ucapmu padaku dalam pelukan yang erat dan enggan terlepas. Alangkah!

Salman,
Cinta kedua dalam hidupku. Hadir dengan penuh perjuangan dan air mata ketakutanku. Belum sempat kupeluk cintaku, aku takut kehilanganmu meski hadirmu sangat dekat.

Perlahan, tertatih aku membangun rasa percayamu padaku. Aku pernah menolakmu. Aku pernah membencimu. Bukan, bukan karena tak mau menerimamu, tetapi karena aku takut kamu kecewa dan sakit hati. Duhai, jika saja kamu mengerti alasanku itu…

Karenanya, kamu pun menjadi amat tergantung dan berlindung padaku. Kamu sulit memberikan senyummu untuk orang lain. Rasa curigamu begitu kuat hanya karena kamu begitu defensif. Kamu tak mudah percaya. Kamu takut penolakan. Oh, aku bersalah padamu. Aku yang membuatmu seperti ini. Pangeranku, bukan maksudku…

Cintaku, ketahuilah bahwa aku sungguh sayang padamu. Tak akan kubiarkan orang lain menyakitimu. Mereka harus melangkahi mayatku dulu sebelum bisa menyentuhmu. Sepenuh jiwaku, semampuku berikan yang terbaik untukmu, tak peduli apa pun. Aku harus melindungimu. Kamu yang rapuh, tak akan pernah kulepas sampai kapan pun. Jangan pernah ada lagi air mata. Cukup ujarmu selalu, “I love you, Baby,” padaku dengan senyum malu-malu yang membuatku semakin cinta.

Dua pangeran terkasihku,
Kalian permata hidupku. Semesta cinta yang niscaya. Tuhan berikan kalian dalam keseharianku dengan segala kelebihan dan kekurangan. Aku tak pernah menuntut kalian untuk sempurna. Tak akan. Cukup, jadilah kekasihku yang selalu mencerahkan hidupku setiap hari.

Wahai pria-pria gagahku,
Kekuatan yang tersembunyi di balik tubuh kalian sungguh luar biasa. Energi kalian yang seperti tak pernah habis membuatku semangat setiap hari. Terkadang, akulah yang lebih dulu kalah ketika sedang bersama kalian. Lalu kalian meledekku, “Yah, kalah deh! Kita dong, masih kuat!” dan kita bertiga tertawa lepas. Tentu saja, kalian dua pria perkasa. Haruslah kuat!

Aku tak akan berpanjang-panjang dalam menulis surat ini. Tak lagi kupunya kata yang bisa menjelaskan segala rasa di hati. Tiada lagi warna yang mampu melukiskan indahnya hari-hariku bersama kalian. Sungguh tak akan sanggup aku berpisah dari kalian. Maka ijinkan aku tetap bersama kalian hingga akhir hidupku.

Umar dan Salman,
Permata hati terbaikku. Hadir dari tubuh dan jiwaku utuh. Teruslah tumbuh semakin kokoh dan tangguh. Berkembanglah semakin cerdas dan berbobot. Doaku untuk kalian tak akan pernah surut dan lepas. Biar Tuhan jadi saksi, aku akan selalu ada untuk kalian.

Umar dan Salman,
Tak apa bila suatu saat kalian pergi dariku karena menemukan cinta lain yang harus kalian dahulukan. Cintaku harus bisa belajar melepas kalian untuk kehidupan baru yang akan kalian bina nantinya.

Umar dan Salman,
Terima kasihku tak terucap di bibirku karena haru yang menderas di jiwaku karena memiliki kalian. Semesta jadi saksi, tentang segala yang seharusnya terungkap.

Depok, 14 Januari 2012

Sepenuh cinta,
Aku, yang mencintai bahkan sebelum kalian hadir.

PS: Jangan pernah memanggilku Mama atau Ibu. Cukup sebut saja Bunda. Nah, peluk dan ciumlah aku sekarang! ;)

dikirim oleh @andiana

No comments:

Post a Comment