27 January 2012

T

Kepada Tante D,

T, begitu biasa kupanggil dirimu, bagaimana kabarmu? Aku selalu berdoa supaya T dan keluarga berada dalam kesehatan dan perlindunganNya.

Kita belum bertemu lagi sejak (kalau aku tidak salah ingat) bulan Juli 2011. Aku masih ingat saat itu, aku baru saja pergi liburan dari Karimun Jawa bersama teman-teman dan anakmu juga.

Aku bahagia T karena itu pertemuan pertama kita semenjak aku pindah kerja di Jakarta. Kebahagiaanku bertambah karena aku bisa bertemu Yangti, Om, Caki dan Ajeng. Aku jadi ingat sewaktu masih sering menghabiskan waktu di Jakarta denganmu, sudah beberapa tahun yang lalu. Hanya kita berdua saja. Bahkan anakmu yang saat itu statusnya masih menjadi pacarku saja tidak turut serta. Aku terbiasa menemanimu ke berbagai acara, lalu pulangnya kita makan bakso atau sekedar cuci mata di Mall. Entahlah, saat itu aku merasa T sudah seperti keluargaku sendiri, kita banyak memiliki persamaan. Sama-sama tukang jalan, sama-sama suka bakso dan sama-sama aktif di berbagai kegiatan.

Padahal anakmu bilang kalau T itu cemburuan sama pacar anaknya dan aku dimintanya berhati-hati, tapi perlakuanmu padaku baik-baik saja. Sangat baik malah, sehingga aku tidak merasakannya.

Sayangnya, hubunganku dan anakmu tidak berjalan sesuai harapan. T tentu tahu penyebabnya apa, dia selalu bercerita padamu kan tentang aku dan dia? Maafkan aku ya, T, karena aku tidak bisa membahagiakan anakmu. Aku sedih melihat ia sempat sedih karena aku. Jika T tanya apakah aku menyayanginya? Tentu saja aku menyayanginya. Namun, untuk menghabiskan hidup bersama, tidak cukup rasa sayang saja kan ya? T setuju kan jika keyakinan dan prinsip keluarga juga menjadi salah satu pertimbangan kedepannya. Aku paling tidak bisa berkata-kata jika sudah menyangkut hubunganku dengan dia. Dari luar terlihat sederhana bahkan tidak ada apa-apanya, namun ternyata tingkat kompleksitas didalamnya bisa dibilang hampir sempurna. Maaf ya, T, karena hingga saat ini hubunganku dan hubungan anakmu tidak baik-baik saja, dan belum bisa menjadi teman biasa. Aku bisa mengerti alasan yang ia berikan mengapa hingga saat ini kami belum bisa berteman tapi tidak juga bermusuhan.

T, aku kangen deh ngobrol-ngobrol santai bareng sembari makan bakso atau nonton TV di rumah T. Aku kangen waktu kita jalan bareng di Jakarta dan di Bandung juga. Terima kasih ya, T, telah sangat baik terhadap aku, menganggapku seperti anakmu sendiri. Terima kasih atas doa, perhatian dan ucapan selamat ulang tahun yang tidak lupa T kirimkan. Doakan aku ya, seperti T mendoakan anak perempuan T dan semoga nanti ibu mertuaku bisa baik seperti T.

Salam untuk keluarga ya, T.

Mudah-mudahan dilain waktu kita bisa bersilaturahmi lagi.

Dini.




oleh @naminadini

diambil dari http://berceloteh.tumblr.com/

No comments:

Post a Comment