06 February 2012

Sepasang Mata

Aku terpaku mengamati wajahmu. Bukanlah hal yang luar biasa untukku. Aku biasa mengamati wajah-wajah di sekitarku. Tetapi menjadi hal yang tidak biasa saat yang kau amati adalah kau. Ya, kau. Tidak ada yang istimewa darimu. Kulit sawo matang, rambut hitam legam yang lebih sering acak-acakan dari pada rapi, mata sayu dengan kornea cokelat tua seperti orang sakau dan tubuhmu yang jauh dari atletis. Bukan, aku tidak sedang mengolok-olokmu. Atau posturmu. Maaf kalau aku terlalu blak-blakan. Tapi begitulah aku adanya.
Sebenarnya yang sedari tadi aku aku herankan sekaligus aku amati adalah matamu yang gelap dan dalam, seakan menggambarkan kekelaman dan kegalauan di hidupmu yang luar biasa. Entah apa itu, dan entah kenapa aku begitu peduli. Padahal kita baru saja mengenal, masih bisa dihitung dengan jari-jari di kedua belah tanganku baru berapa jam yang lalu kita baru saja berpisah. Baru saja kita kebetulan bertemu dan berkenalan secara tidak langsung. Kau temannya si anu temanku dan aku pun temannya si anu temanmu itu. Apalah itu.
Ada getar aneh di hatiku sampai-sampai aku begitu terpaku melihatmu. Ah, aku sendiri tidak tahu. Mengapa rasanya aku ingin sekali menyelam ke dalam pedihnya matamu itu dan berbuat sesuatu untukmu. Berbuat sesuatu untuk meredakan gejolak hatimu, menemanimu berbagi kekelaman yang kau rasakan. Perasaan apakah ini? Apakah hanya sekedar rasa simpatik? Ataukah cinta? Entahlah, aku bukan ahli dalam masalah seperti itu.
Namun, perlu kuakui. Kau adalah lelaki aneh pertama yang mengaduk-aduk hatiku. Kau membuaiku dalam tatapanmu yang dingin dan dalam itu. Aneh memang, kau tak banyak bicara namun rasanya matamu mampu menjelaskan semuanya. Semuanya. Perasaanmu, kehidupanmu, kepedihanmu. Mungkin hanya perasaanku saja. Mungkin ini hanya perasaan sepihak saja. Mungkin juga hanya gejolak sesaat. Entahlah, aku tidak tahu. Berusaha tidak mau tahu, tapi tatapanmu itu seakan mengekor ke dalam mimpiku, berkelbat sesekali dalam pikiranku dan membuatku sulit untuk tidur malam tadi.
Ah, senyummu juga. Senyum termanis yang pernah kulihat. Dari sosok acak-acakan sepertimu, dari orang yang tampak tidak peduli dengan sekeliling--berkebalikan denganku. Senyum dan tawa palsu yang kau tunjukkan pada teman-temanmu untuk menutupi segala asamu yang terpendam.
Kau, lelaki dengan sepasang mata coklat yang tua, yang mampu memikat hatiku dalam gelapnya malam. Mencurinya tanpa jejak untuk kuambil kembali. Lelaki dengan senyum dan tawa palsu termanis yang pernah kulihat.
Bolehkah aku menggantungkan asaku padamu, hei, kau pemilik sepasang mata kelam?

untuk sepasang mata yang mengaduk malamku.

oleh: @saraahaghnia
diambil dari: http://uncoloursky.blogspot.com

No comments:

Post a Comment