22 January 2012

Donor Darah Pertamaku

Untuk Mbak Valencia Mieke Randa (@justsilly)

Hai Mbak, Selamat pagi/siang/sore/malam
*tergantung waktu Mbak (mudah-mudahan) membaca surat ini.

Sebelumnya perkenalkan, namaku Nisaa. Aku ‘pengikut’ tweet-tweet Mbak belum lama, baru sejak Oktober 2011. Meski baru sebentar, banyak inspirasi yang aku dapatkan dari Mbak. Aku belajar tentang kecerdasan, ketulusan, dan konsistensi luar biasa dan wujud tindakan konkret dari sosok Mbak. Aku yakin, sudah banyak pujian, yang memang pantas Mbak dapatkan dari banyak orang lainnya. Namun dalam tulisan kali ini, izinkan aku untuk tidak membahas tentang kehebatan dan sosok Mbak yang luar biasa. Karena bagaimanapun aku berusaha, aku tidak akan mampu menyaingi para wartawan yang menulis tentang Mbak. Lagipula, aku justru takut kata-kata akan membatasi ungkapan kekagumanku. Karena sepertinya, apapun yang aku tuliskan, tidak akan cukup untuk menggambarkan kekagumanku pada Mbak.

Karena itu, mudah-mudahan Mbak tidak keberatan, kalau kali ini aku bercerita tentang pengalaman pertama aku donor darah. Seumur hidupku yang sudah berlangsung 24 tahun lebih dua bulan, aku mengalami lima kali pingsan. Empat dari lima peristiwa pingsan itu diakibatkan karena darah. Jadi, setiap aku melihat darah, sedikit saja mengalir dari tubuh aku, aku langsung pusing, dan pingsan. Pada kejadian pertama, aku tak sengaja memecahkan toples Mama. Kemudian tanganku terluka, aku berdiri untuk diobati oleh kakak. Tiba-tiba aku pingsan dan jatuh dengan posisi kepala persis menjatuhi pecahan toples, sehingga mendapatkan 3 jahitan di kepala. Belakangan, aku selalu bersiap-siap ketika berdarah. Begitu aku merasakan pusing, aku akan duduk, sehingga aku jarang pingsan lagi.

Namun, empat kejadian pingsan di masa lalu itu memberikanku pengertian yang salah. Aku pikir, aku tidak akan sanggup melakukan donor darah. Beberapak kali ada kegiatan donor darah di kampus aku dulu. Sebenarnya ada keinginan aku untuk ikut. Namun, aku selalu berpikir aku akan pingsan sejak tetes pertama darah keluar dari tubuhku.

Sampai akhirnya, aku bertemu dengan Mbak, meski hanya melalui dunia maya. Bulan Oktober yang lalu, aku berada di Jogja untuk menghadiri Pertemuan Nasional AIDS. Tiba-tiba salah satu peserta drop dan membutuhkan darah. Aku yang membantu teman menyebarkan info kebutuhan darah tersebut, disarankan untuk men-cc ke akun @bllod4lifeID, dan @justsilly. Alhamdulillah, delapan kantong darah berhasil didapatkan malam itu juga.

Sejak itu, aku yang langsung mem-follow akun Mbak dan @blood4lifeID, mendapatkan banyak informasi tentang donor darah. Tidak sekedar informasi mengenai kebutuhan transfusi, tetapi juga tentang pentingnya donor darah untuk menolong orang lain, bahkan manfaat bagi pendonor. Aku yang tertarik mulai browsing, dan sampai pada kesimpulan bahwa sebenarnya aku tak punya alasan apapun untuk merasa donor darah akan menyebabkan aku pingsan.

Kesempatanku untuk mendonor darah pun datang semalam. Berawal dari seorang kawan yang membutuhkan darah AB (+). Aku tak tahu dia sakit apa, yang aku tahu dia kekurangan trombosit, dan penyakitnya penyakit bawaan (gen). Dia harus mendapatkan transfusi trombosit berkali-kali, sejak dia masih SMA. Saat dia drop tubuhnya kejang-kejang, dan memar-memar. Kali ini, lagi-lagi aku meminta bantuan @blood4lifeID, dan mbak untuk menyebarkan informasi tentang kebutuhan temanku. Kami pun mendapatkan donor yang bersedia datang ke PMI, untuk diperiksa, lalu darahnya harus diproses untuk pemisahan trombosit sebelum didonorkan kepada temanku.

Sambil menunggu, aku berpikir inilah saatnya aku donor darah. Aku pun mengambil formulir dan mengisinya. Setelah mengisi aku sempat ragu. Namun seorang kawan menemaniku dan memutuskan untuk mendonorkan darahnya juga. Sampai di ruangan untuk periksa golongan darah, aku menyerahkan formulirku. Lagi-lagi aku merasa takut. Dinginnya ruangan membuat kepalaku pusing, dan dadaku berdegup lebih kencang.

Lalu Mbak tahu apa yang terjadi? Tiba-tiba saja bayangan wajah Mbak hadir ke benakku. Wajah Mbak yang kukenal sebatas avatar twitter. Dari mulai avatar Mbak dengan jampul katulampa, sampai avatar terakhir yang membuat Mbak terlihat berusia 17 tahun. Ajaib. Aku cukup menghembuskan nafas, lalu ketakutanku sirna, dan aku melangkah yakin ketika dipanggil ke ruang transfusi. Prosesnya pun lancar. Alih-alih pingsan, sepanjang transfusi aku malah cekikikan karena acara televisi yang disetel di ruang donor darah. Malah aku dapat pin lucu bertuliskan golongan darahku. Hehe.

Begitulah Mbak, pengalaman pertamaku donor darah, dengan latar belakangnya yang banyak dipengaruhi oleh Mbak. Semoga saja, aku bisa terus konsisten melakukan apa yang bisa aku lakukan agar bermanfaat, termasuk dengan cara donor darah.

Terima kasih ya Mbak, untuk semangat, untuk inspirasi, dan untuk pembelajaran yang luar biasa. Tidak hanya melalui BFL, tetapi juga melalui 3LA, dan kisah-kisah Mbak tentang Tissa, Nando, dan pejuang-pejuang hebat lainnya. Terima kasih untuk peduli, untuk cinta yang begitu besar, juga untuk berbagi kepedulian dan cinta itu.

 Aku sayang Mbak
Ps: salam untuk anak-anakmu yang istimewa ya Mbak

Bekasi, 21 Januari 2012
Dinda Nuur Annisaa Yura

- @dnaynisaa
 

No comments:

Post a Comment