22 January 2012

Menengok Masa Lalu

Teruntuk : perjalanan Lampung - Sumedang


Sebelum memulai surat ini, aku mau kita semua kembali mengingat apa yang terjadi di pertengahan tahun 90an. Ya, ada aku, ayah dan ibu. Saat libur lebaran menjelang, kita sekeluarga akan mudik ke Sumedang, rumah emih. Ingat?

Nah, pasti ingat saat itu perjalanan Lampung - Sumedang bisa memakan waktu kurang lebih 12 jam lamanya. Karena belum adanya tol, dan kendaraan atas nama pribadi tentunya. Perjalanan ditempuh dengan bis, kapal laut, diakhiri mikrolet menuju rumah emih. Ingat?

Aku ingat sekali saat itu. Dimana ibu biasa membuat bekal berupa nasi dibungkus daun pisang dengan lauk tempe orek kesukaanku. Dimana aku dan ayah menyanyi sepanjang jalan. Dimana 12 jam yang seharusnya melelahkan terasa menyenangkan karena canda tawa bersama.

Oke, sekarang kita kembali ke masa kini. Masih ada aku, ayah, dan ibu. Masih di perjalanan Lampung - Sumedang. Dengan keadaan lebih baik karena dibangunnya tol Cipularang yang menghubungkan Jakarta - Bandung, yang mempersingkat waktu tempuh. Dan sebuah mobil pribadi, yang memberi kenyamanan lebih.
Tapi, aku tak lagi menemukan hal-hal yang menyenangkan diantaranya. Tak ada lagi bekal ibu dan nyanyian ayah. Ayah terlalu sibuk menyetir dan memperhatikan jalanan. Ibu terlalu sibuk dengan ponselnya, entah itu sesekali menjawab telepon atau membalas pesan singkat. Dan aku pun sibuk dengan berbagai ‘mainan’ yang ayah dan ibu beri, yang berhasil merebut senyumku bersama kalian.

Dengan waktu tempuh yang lebih singkat, aku masuk dalam perangkap bosan lebih lama yang melelahkan. Dengan jarak yang lebih dekat, aku terjebak dalam sekat kebisuan dengan ayah dan ibu. Masing-masing dari kita sibuk dalam urusan sendiri tanpa berani buka suara atau bertukar canda.

Maka, aku titipkan sepucuk rindu untuk perjalanan Lampung - Sumedang 15 tahun lalu.


dari : Aku yang sekarang

- @eigent

No comments:

Post a Comment