11 February 2012

Surat Kaleng untuk @eghagigugego

BAHAGIA ITU KALAU DEKAT KAMU

Diketik olehku, supermenmu.
Kacil, apa kabar? Semoga baik dan senantiasa bahagia. Tidak kekurangan apapun. Ingat tidak aku sempat menciptakan nama yang super unyu itu? Ingat tidak singkatan dari apa nama itu?
Kacil, kakak kecil. Kamu itu sudah layaknya kakak bagiku. Tapi sayang badanmu lebih kecil dari aku. Kamu tahu aku tidak akan mungkin pernah memiliki kakak kandung. Kecuali kalau ternyata aku bukan terlahir dari bagian diri tante cantik dan om ganteng sebutanmu itu. Yah, seperti cerita dalam sinetron Indonesia kegemaran Ayuk Atunmu. Bayi yang tertukar, seperti itu.
Begini, aku ingin mengajakmu berjalan-jalan ke belakang sebentar. Mau? Aku yakin kamu akan mengangguk, tersenyum, dan berkata “iya”. Lidahmu itu terlalu kaku untuk mengucapkan kata tidak. Jangan disangkal!
Aku salah satu murid Smanda yang paliinggg jarang ke kantin belakang. Maka, hari itu aku rasa adalah pertama kalinya aku makan mie ayam murah meriah di sana. Kita masih sama-sama kelas satu. Aku ke sana bersama temanmu, dan kebetulan duduk dalam satu meja. “Oh, ini yang namanya AKU,” katamu begitu. Hmm, kamu tahu? Iblis banyak berdiskusi di kepalaku ketika kudengar kalimat itu.
Terima kasih untuk mereka yang mengenalkan dan mendekatkanmu padaku. Jika tak kenal dekat mereka, barang tentu kamu tak kukenal. Lalu kamu tumbuh sebagai malaikat kecil di pikiranku. Kebajikanmu bermekaran di gendang telingaku. Kenistaanmu, terkubur bersamaan dengan air yang seketika meresap ke dalam tanah. Siapa yang tidak mau bersahabat dengan seorang malaikat? Mungkin iblis tidak mau. Tapi aku setidaknya bukan iblis, kan?
Aku tidur hanya beberapa jam malam itu, aku menunggu. Dan itu tidak sia-sia. Namamu terdaftar dalam pengumuman UM bernomorkan 11031. Jurusan yang tentunya sama denganku. Jangan ditanya bagaimana perasaan dan ekspresiku saat itu. Yang jelas bukan sedih dan menangis.
Lucu. Kamu berkata seharusnya kita sangat dekat ketika ospek. Karena kita berbasis dalam bingkai yang sama. Aku juga merasa harusnya seperti itu, tapi yang kurasa tidak. Yah, pertemanan memang selalu seperti itu. Ada ada saja.
Ingat saat kamu berjalan kaki pulang ke rumah? Beberapa menit setelah kamu keluar, aku pun keluar dengan berlari terengah ke depan gang. Aku lupa, jalan ke Kemiling itu harusnya belok kanan, bukan lurus terus ke depan. Jelas walau sudah kutengok jalan di depan gang, tak ada aroma kamu melintas di sekitar situ. Oh ya, tindakanku itu sok manis sekali ya, Men? Setelah itu aku merasa sangat bersalah hingga memutuskan mengantarkan tugas yang belum kamu selesaikan ke rumahmu. Senyumku pahit saat menemukan matamu yang sudah bersarang dalam selimut. Aku itu memang jahat, ya?
Saat KBAP, kamu selalu dikerjai di tiap pos juga, kan? Ini semua gara-gara ide konyolku yang mencetuskan untuk memakai foto yang sama. Dengan gaya yang duh-selalu-dikira-keong-racun. Aku ini memang aneh deh. Eh bukan, aku ini rakus.
Hmm, sudah lama ya tidak bermain “hand hockey”? Sebenarnya aku tidak tahu apa nama dari permainan itu. Tapi yang jelas, aku tidak terkalahkan di situ. Yah, kalo ternyata aku sempat kalah, itu aku hanya mengalah saja. Aku juga mau mengingatkan dengan bertanya. Kamu belum mencoba main DDR bersamaku, kan?
Awal semester genap yang lalu, kita berdiaman selama beberapa lama ya? Aku lupa. Yang jelas cukup sangat lama. Aku kecewa saat itu. Bagaimana bisa aku yang (aku pikir) sangat dekat denganmu kalah tahu informasi dengan teman-teman yang baru kamu kenal di sekolah tak berseragam? Jadilah awal semester genap itu aku mahasiswa terrajin. Catatanku banyak. Entah apa hubungannya, tapi memang ada hubungannya. Setelah dikunjungi kamu berturut-turut selama tujuh hari dalam mimpi, tak lama dari itu aku menghubungimu. Dan dengan sok pintar menawarkan bantuan bila kuis dan semacamnya tiba.
Kamu senang tidak dengan angka 19-mu? Tadinya aku berpikir ingin membuat sendiri kue keju. Tapi daripada Farah Quinn tersingkir olehku, niat itu kuurungkan. Kubeli saja brownies, kutaburkan banyak keju, kuberi selai stroberi membentuk namamu. Hari itu aku tidak pulang sampai malam. Siang dengan mereka yang baru, lalu langsung disambung dengan mereka sebagian dari sepuluh.
Coba kamu ada dua kali dalam 19-ku. Coba kamu mengindahkan kekesalanmu terhadap mereka sebagian dari sepuluh itu demi 19-ku. Kata pertama yang keluar saat kubuka pintu kamar dan menemukan mereka di dalamnya adalah: “Egha mana?”
Hmm, mana lagi ya yang mau kita singgahi dalam perjalanan ke belakang yang singkat ini? Batas ini saja deh. Kapan ya aku bisa bercerita banyak hal yang kutahu untukmu di malam hari? Kapan-kapan saja lah ya? Tapi semoga saja kapan-kapannya itu adalah akan. Eh, aku menemukan satu kelucuan lagi. Lucu ya saat kamu menjadi lebih dekat dengan yang sebelumnya tidak kamu suka, dan aku pun juga begitu?
Keirianku akan datang bertubi saat aku melihat Sponge Bob dan Patrick Star. Sherlock Holmes dan John Watson. Tiwi dan Tika T2. Dan yang lainnya. Aku benci menemukan fakta tidak ada gairah yang sama dalam kita. Apa kesamaan kita selain aku yang memakai jam di tangan kanan, dan kamu yang baru-baru ini juga memakai jam di tangan kanan? Sepakat, kan, itu bukan merupakan aktivitas yang dijalankan? Aku butuh sesuatu yang setidaknya bisa menghibur hati. Yang bisa menjadi sinyal untuk arah kembali. Ataukah kita perlu mencari ladang ubur-ubur dan menjadikan berburu ubur-ubur sebagai kegiatan favorit?
Oh iya, berkenaan dengan judul surat ini, kamu mestinya tahu bagaimana keadaanku sekarang. Keadaan yang jauh dari kamu. Cukup, jangan dikasihani. Aku cuma bercerita. Kamu mungkin tahu bahwa pada dasarnya aku suka bercerita.
Salam rindu sesemesta, @eghagigugego yang cemen.
P.S. : Aku suka kamu pakai jam di tangan kanan 

No comments:

Post a Comment