11 February 2012

Surat Kaleng untuk @hurufkecil

KHUSUS UNTUK TUKANG POS SAYA YANG HEBAT

Dear kakak tomat yang baik,
ass wr wb.
Doa saya pagi ini, semoga hari ini kakak tomat sudi membaca baris-baris kata yang penuh basa-basi, karena saya lah yang kali ini akan menuliskan baris-baris kalimat yang terlihat seperti basa-basi itu. Namun percayalah, sebenarnya ini adalah perkataan jujur saya dari hati terdalam.

Di hari yang sedemikian indah ini, saya ingin berterima kasih sebesarnya, sebanyak-banyaknya, kepada proyek #30harimenulissuratcinta, khususnya untuk kak tomat yang telah menjadi tukang pos terbaik yang pernah saya punya (memang baru pertama kali ini punya tukang pos kok, hehee…).

Saat pertama kali mengetahui adanya proyek #30harimenulissuratcinta, tiba-tiba ide dan inspirasi itu muncul begitu saja. Sebelumnya, saya tak pernah memiliki konsep atau rencana hendak membuat bentuk tulisan semacam yang telah saya posting selama satu bulan ini. Tapi dari dulu saya punya rencana untuk menulis sebuah fiksi panjang secara tuntas. Namun sayangnya, rencana itu hanyalah tinggal rencana. Saya selalu mengalami kesulitan untuk mewujudkannya karena saya sulit sekali untuk konsisten. Saya adalah seorang yang teramat moody dengan cuaca hati yang mudah berubah semena-mena, yang akibatnya seringkali membuat tulisan-tulisan yang saya buat susah payah mandeg di tengah jalan. Saya butuh semangat, saya butuh dorongan, saya butuh pecut untuk melecut diri saya sendiri. Namun sejauh ini kebutuhan itu hanya saya dapatkan dari dalam diri sendiri yang kestabilannya bak perahu dalam gelombang besar, senantiasa terombang-ambing.

Saat mengetahui ada proyek #30harimenulissuratcinta, satu hal yang berdenyut-denyut dalam benak saya, bahwa ini adalah sebuah ajang dan kesempatan bagus bagi saya untuk belajar menulis, pun untuk belajar menstabilkan kekonsistensian saya untuk terus menulis hingga tuntas. Maka saya pun memutuskan untuk menjadi salah satu peserta.

Saya sengaja memilih bentuk sebuah surat bersambung yang memuat rentetan kisah demi memaksa saya sendiri untuk terus menulis. Saya memang perlu membebani diri demi menjaga konsistensi. Karena dengan surat berseri, saya harus memikul tanggung jawab atas rasa penasaran beberapa pembaca yang alhamdulillah cukup setia. Dalam hal ini, saya pun harus berterima kasih sebesarnya pada kak tomat yang telah berjasa membuat blog saya menemukan pembaca-pembaca setia. Begitu pula saya memilih fiksi dan bukannya curahan hati demi menuntut diri saya sendiri untuk terus berpikir mencari ide.

Saya masih ingat, pada hari pertama saya mengepostkan surat pertama saya, ternyata kak tomat bahkan melewatkannya. Sempat saya merasa sedih, karena saya pikir surat saya tidak masuk kriteria, atau barangkali tidak menarik. Yang saya tahu, kak tomat adalah seorang penyair, seorang perangkai kata yang hebat. Sedangkan saya tak lihai bersyair, apalagi merangkai kata-kata hebat. Tulisan semacam surat saya yang begitu panjang dan ala kadarnya pasti kurang menarik dan membosankan. Apalagi, saya melihat surat-surat yang lainnya begitu indah, begitu puitis, begitu romantis. Saya bahkan sempat merasa tidak percaya diri, merasa ketinggalan jaman, merasa dangkal. Tapi bagaimanapun saya mencoba bertahan untuk tidak mengubah bentuk surat, melainkan tetap pada pendirian saya untuk sebuah fiksi dengan gaya surat berseri. Tapi di sisi lain saya pun mencoba berprasangka positif. Surat-surat yang masuk ke kak tomat pasti begitu banyak, lebih dari seratusan surat. Saya memaklumi jika surat saya terselip atau tertinggal. Dan kenyataannya memang demikian. :)

Di hari kedua dan hari-hari selanjutnya adalah kejutan bagi saya karena surat-surat saya berturut-turut selalu masuk dalam blog #30harimenulissuratcinta. Saya sempat merasa bahwa itu terlalu berlebihan, karena bagi saya, asal dibaca oleh kak Tomat saja saya sudah senang bukan main. Siapa sich yang tidak senang tulisannya dibaca oleh sastrawan sekaliber kak Tomat? Tapi sempat pula terbersit pertanyaan dalam benak, apakah kak tomat benar-benar membaca semua surat yang masuk? Saya tidak bisa membayangkan betapa repotnya kak tomat yang musti menyisihkan waktu yang tak banyak demi membaca surat-surat yang sekian banyak. Sempat saya berpikiran picik, jangan-jangan kak tomat sekedar berapresiasi demi menghargai saya yang telah menulis surat sedemikian panjang (rata-rata satu surat saya sepanjang 8-9 halaman). Maaf jika meragukan ya, kak, hehee… :) Namun kemudian lama-lama saya yakin bahwa kak tomat benar-benar membaca semua surat-surat, termasuk surat/tulisan saya. Andai ini adalah sebuah pertunjukan panggung, maka saya akan benar-benar memberikan applause untuk kak tomat atas dedikasi dan pengorbanan yang begitu tinggi, yang begitu mulia, yang begitu mengagumkan.

Berkat #30harimenulissuratcinta, tiap hari saya dibuat sibuk mondar-mandir demi mencari ide dan inspirasi. Kadang saya menyapu lantai yang sudah disapu berkali-kali sembari memeras otak; drama apa lagi? detail apa lagi? dsb dsb… saya dibayangi kekhawatiran, bagaimana jika tak sampai tamat? Namun alhamdulillah semua dapat terlalui dengan baik. Berkat proyek ini, saya menulis sepanjang hari. Saya membuat cerita setiap hari. Saya tidak mempersiapkan tulisan-tulisan itu sebelumnya, jadi saya benar-benar menulis dengan cara maraton. Apa yang saya posting hari ini adalah apa yang saya tulis kemarin. Meski bagi saya ini adalah tantangan yang sangat berat, tapi sekaligus cukup menyenangkan. Jujur saja, diantara sekian aktivitas saya sehari-hari, menulis adalah yang paling menyenangkan sekaligus menjadi pelipur hati saya. Maka itu, saya benar-benar berterimakasih pada #30harimenulissuratcinta yang membuat saya untuk terus konsisten menulis. Mulanya saya pikir tulisan fiksi saya bisa dibuat hingga setidaknya lebih dari dua puluh surat. Namun ternyata menjadi lebih sedikit, karena ada beberapa poin dalam outline yang saya gabung dalam satu surat sehingga lebih ringkas. Barangkali karena saya sudah kehabisan ide, kehabisan kata-kata, hehee…

Meski begitu, sering timbul rasa kekhawatiran. Bagaimana jika mood saya menurun? Bagaimana jika saya didera malas? Kenyataannya perasaan seperti itu memang sempat datang beberapa kali, terutama ketika di pertengahan menjelang akhir. Hanya sekedar menggali semangat susahnya luar biasa. Saya pun membayangkan bahwa kak tomat akan sempat mengalami sindrom rasa bosan membaca surat cinta diantara tiga puluh hari itu, hehee… Tapi alhamdulillah akhirnya semua dapat terselesaikan dengan baik. Apalagi jika mengingat beberapa pembaca saya yang selalu menagih sambungan surat-surat saya. Itu benar-benar menjadi kekuatan dan semangat luar biasa bagi saya.

Kadangkala di waktu yang luang saya membaca kembali tulisan-tulisan saya. Tragisnya, saya selalu menemukan begitu banyak kekurangan dan kesalahan. Barangkali karena berkejaran dengan waktu, saya hanya sempat membaca kembali satu atau dua kali surat saya sebelum diposting ke blog dan di cc ke kak tomat. Bahkan ada pula satu surat yang tidak saya baca kembali sama sekali dikarenakan tiba-tiba menghadapi sebuah persoalan dalam kehidupan saya yang membuat saya terpaksa mengabaikan surat itu. Atau barangkali karena kemampuan teknis saya yang masihlah teramat dangkal. Saat kembali menemukan kesalahan-kesalahan yang ternyata tak terbilang banyaknya, sampai-sampai saya menjerit dalam hati, ‘Ya Tuhan.. bisa-bisanya saya membuat tulisan seburuk ini untuk dibaca kak tomat!!!’ :) Tapi penemuan demikian kemudian membuat saya terpacu untuk mengadakan pembenahan-pembenahan di kemudian hari, untuk belajar lebih banyak lagi.

Walau demikian, saya patut berterimakasih banyak pada kak Tomat yang telah menjadi guru saya meski secara tidak langsung. InsyaAllah saya akan terus banyak berlatih dan menyerap semangat serta inspirasi dari kak tomat. Berkat proyek #30harimenulissuratcinta dan kebaikan hati kak tomat, saya berhasil menyelesaikan draft kasar tulisan fiksi sebanyak 150an halaman hanya dalam kurun waktu satu bulan. Barangkali ini memang perkara biasa saja. Namun bagi saya pribadi, ini adalah keajaiban. Sekali lagi, terima kasih banyak telah menciptakan kesempatan bagi saya untuk berlatih menulis. Tanpa proyek ini, saya tidak akan pernah mampu menulis setuntas ini, meski masih sangat kacau balau atau barangkali kurang bermutu. Tanpa kebaikan hati kak tomat, saya tidak akan pernah memiliki semangat untuk menyelesaikan ini, melakukan ini.

Dari sisi pribadi, saya pun menyenangi kak tomat sebagai karakter. Saya rasa kak tomat memang patut menjadi seorang inspirator. Sejauh ini saya memang hanya menilai dari linimasa kakak yang saya rasa pun adalah cerminan dari diri pribadi kakak; yang menyenangkan, yang rendah hati. Sejujurnya, saya ingin sekali berteman dengan kakak, menimba banyak ilmu dari kakak. Tapi saya ini hanyalah orang baru, dan hanya penggemar dari sekian puluh ribu. Mereka yang menggemari kakak lebih lama jauh lebih banyak, yang berteman intens pun tak kalah banyak. Sedangkan saya menggauli linimasa kakak saja baru satu bulan yang lalu (karena account dan blog saya baru berumur satu bulan, hehee..) meski mendengar nama kakak jauh lebih lama dari itu. Lagipula, saya ini memang bukanlah siapa-siapa. Ingin sekali menyapa kakak atau sekedar sok bertanya-tanya atau sok kenal seperti yang lainnya. Tapi saya juga bingung sekaligus merasa gagu bagaimana cara menyapa dan apa pula yang harus saya tanyakan atau katakan. Ingin sekali berbicara banyak dengan kak tomat, namun ketika menyadari kenyataan, sepertinya itu hanyalah sekedar angan-angan saya belaka. Barangkali di surat ini saya terlampau cerewet dan mendominasi. Namun percayalah, andai saya berhadap-hadapan secara langsung dengan kak tomat, saya hanya memiliki kata-kata yang sangat minim. Saya yakin kak tomat akan lekas bosan dan meninggalkan saya karena saya terlampau pendiam dan pemalu meski saya amat mudah tersenyum. :) Jadi saya rasa, satu-satunya cara yang paling efektif untuk berhubungan dengan kakak hanyalah melalui karya. Saya sering membaca tulisan-tulisan kakak baik itu di blog maupun di linimasa, yang membuat saya kagum, dan saya merasa senang sekali kak tomat sempat sudi membaca karya saya. Wah, semacam bentuk hubungan yang indah, bukan? :)

Tapi yang jelas, saya senang sekali mendapat kesempatan dari semesta untuk dihubungkan dengan kakak, menjadi follower kakak. Saya sangat yakin dan sepenuhnya percaya bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Saya telah menggali banyak manfaat dari kak tomat, dan semoga banyak juga yang seperti saya, meraih banyak manfaat dari ilmu kak tomat. Kakak adalah seorang inspirator karena kakak telah banyak menebar manfaat.

Nah, beginilah jadinya sebuah surat yang tanpa konsep. Ini adalah benar-benar surat nyata dari hati saya, dan bukan fiksi yang seperti biasa. Bukan pula sebuah surat yang dibuat demi meramaikan ajang surat kaleng semata-mata. Momentum hanyalah sebuah kesempatan yang tepat. Asal kakak tahu, sejak dulu, saya telah kerap menulis surat cinta betulan yang saya tujukan langsung pada orang-orang yang bersangkutan. Untuk orang tua saya, untuk teman dan sahabat-sahabat saya, terutama untuk orang-orang yang saya cintai. Tentu saja mereka semua adalah orang-orang spesial di hati saya. Nah, jika saat ini saya menulis surat cinta untuk kak tomat, maka tentulah kak tomat adalah salah satu yang istimewa bagi saya. Bagi orang seperti saya yang memiliki begitu banyak kekurangan dan kurang lihai bergaul secara langsung, media tulisan adalah satu-satunya alternatif yang paling baik untuk mencurahkan segenap isi dan maksud hati, membisikkan suara-suara yang sempat terkunci.

Akhir kata, sekali lagi, saya ucapkan terimakasih untuk semuanya, untuk yang mana saja. Mohon maaf jika ada beberapa hal dari surat ini yang menimbulkan kesan berlebihan sehingga kurang berkenan. Namun saya bersumpah bahwa saya sama sekali tidak bermaksud untuk berlebihan. Mohon maaf jika barangkali saya terlampau banyak bercerita tentang diri saya sendiri. Saya hendak banyak bercerita tentang diri kak tomat tapi saya tak terlalu banyak tahu selain kesenangan kak tomat yang suka makan tomat. Saya hendak bercerita tentang kisah yang saya tulis dalam surat cinta saya di #30harimenulissuratcinta, tapi tinggal sedikit lagi saya akan menamatkannya, jadi tak ada lagi cerita tersisa. Saya hendak menceritakan perkara nusa dan bangsa, tapi saya masihlah seorang generasi yang memiliki sumbangsih amat minimal untuk negeri tercinta ini jadi saya agak enggan mempermalukan diri saya sendiri, pun saya kurang senang menggosip para koruptor ataupun abdi negara yang sedang berjibaku. Hendak membicarakan soal puisi pun saya bukan ahli di bidang itu meski saya menyenanginya. Jadi langkah terakhir – pun yang paling aman, saya memberanikan diri untuk menceritakan apa yang muncul seketika dalam benak saya. Semoga kak tomat tidak berkeberatan… :)

Teriring doa semoga hari kakak saat ini lebih menyenangkan dari hari kemarin. Semoga akan ada banyak kejutan-kejutan indah yang kakak temui pada detik-detik mendatang, keajaiban-keajaiban yang selama ini menjadi impian. Tuhan Maha Pengasih sekaligus Maha Penyayang. Terus berkarya, dan terus menginspirasi, ya kak… :D


wassalam,
dari : saya,
di : antara debu dan kerikil bumi

No comments:

Post a Comment