11 February 2012

Surat Kaleng untuk @irfan_adi89

Secarik sapaan untukmu, @irfan_adi89

Hey mas, apa kabar? Baik? Yahh...aku tau, km baik2 saja... hemm, bingung ini apa? Ini surat kalengku untukmu. Aku memberanikan diri mengirim surat ini lewat @PosCinta, sekedar untuk menyapamu, dan sekedar ingin tau kabarmu..

Hemm, sudah basa-basinya, uppss, sepanjang surat ini hanya akan berisi basa-basi saja..
yahh, bagimu mungkin hanya akan menjadi sebuah basa-basi, tapi bagiku..hemmm, tidak perlu aku jelaskan akan menjadi apa, km pasti sudah tau..
Mas, apa kabar? Bukan...bukan kabar tentang kondisi fisikmu, itu sudah kutanyakan diatas. Aku ingin tau ‘kabar’mu yang lain. Kabar tentangmu setelah kita-tidak-ada-apa-apa-lagi. Aneh yahh?? Memang, aku sendiri merasa aneh menanyakannya. Bukan mas, bukan aku cemburu, bukan aku masih menyimpan rasa yang lain padamu, bukankah ini suatu pertanyaan yang wajar? Hemm, bukan..bukan sesuatu yang wajar ditanyakan dariku untukmu. Entahlah...aku masih selalu ingin tau tentangmu sejujurnya... bukan sesuatu yang wajar ya?? Yahh...apalagi aku sudah memilikinya, seseorang yang kini menempati singgasana yang dulu kau rajai. Ahh, aku sedikit lebay kali ini. Hemmm, bukan kali ini saja, aku masih seperti yang dulu, lebay seperti katamu dulu, seperti katanya juga.

Mas, aku tau, aku menyakitimu dulu..aku tau seberapa banyak luka yang aku goreskan dihatimu. Tapi percayalah, aku juga pernah merasakan hal yang sama, luka yang sama dalamnya, luka yang sama perihnya. Bukan mas, bukan aku membalas rasakan karenamu, bukan.. aku juga tidak tau persis bagaimana aku menyakitimu, hanya aku merasakanya, merasakan sakitnya hatimu karenaku. Maafkan aku untuk itu. Maaf. Mas, aku tidak tau persis kapan kita benar-benar berakhir. Tidak pernah ada kata sepakat untuk itu kan? Hemmm, ingatanku mulai merangkak ke bulan juli 2010. Juli 2010, aku mengatakan kita break sampai idul fitri. Yah..beberapa bulan tanpa berkomunikasi denganmu membuatku cukup leluasa dekat dengan siapa saja, apalagi ‘antar-pulau’ kita tentu sangat mendukung kondisi itu. Beberapa teman dikampus mendekatiku, tau karena status difacebook yang sudah tidak lagi berpacaran denganmu. Tidak ada yang menarik untukku.

Semua terlihat begitu biasa saja dibandingkan denganmu. Lebaran pun tiba, kita bertemu dan semua berjalan biasa saja seperti yang sudah seharusnya, meskipun aku yang terlebih dahulu menghubungimu, aku masih ingat itu. Aku senang, sangat senang saat itu, bertemu denganmu, meletuskan gunung rinduku padamu. Aku masih ingat hari itu kita tidak apa yang aku membicarakan sesuatu yang berartipun, termasuk hubungan kita  ke depannya seperti rencana sebelumnya. Setelah hari itu pun, setelah kamu kembali ke kota yang kusebut kotamu, semua berjalan seperti sebelumnya, sebelum Juli 2010. Sampai november saat kamu pulang dan kembali kekotamu lagi. November berlalu, kamu kembali seperti dulu.. Hemm, kembali dengan sikapmu, tidak perlu kuperjelas sikap yang bagaimana, kamu pasti ngeh dengan maksudku. Tau mas, setelah november itu aku menjalani hari2 terburukku dikampus(semoga tak terulang lagi). Aku disapa beberapa masalah. Dengan teman kampus, organisasiku, dan berimbas pada ip akhir semesterku. Aku terperosok ke jurang kehancuran. Dan tak ada kamu disana. Yahh...kamu tak ada. Hemm, menemani dibahagiaku saja tidak, apalagi saat tidak-bahagia-ku? Pikirku..dan memang benar kan? Tau siapa yang menemaniku saat2 itu? Bukan mas, bukan teman2ku..maksudku aku ingin ditemani lebih dari sekedar teman. Ada 2 orang saat itu mas, salah satunya yang sekarang bersamaku, itu sebabnya aku mencintainya terlalu saat ini. Hemmm, A, temanku di SMA dulu, mantan pacar sahabatku, dia menemaniku bahkan dari saat aku masih bersamamu. Jujur dulu hanya teman biasa, tapi disaat2 terpurukku, dia menemaniku lebih dari itu. Menyemangatiku, membuatku tersenyum, mengingatkanku untuk makan. Yahh, meskipun hanya lewat hp, yang seharusnya juga bisa kamu lakukan. Satu lagi ‘C’, yang kini selalu bersamaku. Dia mas, yang benar2 nyata menemaniku, setiap hari. Tau mas, dia sepertimu, persis sepertimu. Nanti kuceritakan tentangnya. Mereka berdua diam-diam menyusup ke relung hatiku, perlahan bersiap mengkudeta posisimu saat itu. Bodoh dan salahnya aku, aku membiarkan hal itu terjadi meski aku tau itu salah. Yahh, tak lama satu persatu menyatakan cintanya padaku. A yang sok cool dan mengaku tampan(hehe, lucunya dia) tak menyatakannya langsung, hanya setiap hari memanggilku ‘sayang’ seolah aku ini sayangnya. Sedangkan C, hehe...justru aku yang menanyainya. Apa yang dia rasakan padaku, lalu menembakku. Tidak mas, aku tidak menerima keduanya, dan tidak pula menolak. Keduanya kubiarkan mengambang, seperti daun2 yang jatuh diatas aliran sungai, mengikuti arusnya. Kepada A, aku bercerita tentang semuanya, tentangmu(karena memang dari dulu dia tau tentangmu), tentang C..aku hampir tidak punya rahasia apapun darinya. Dia sangat memahamiku. Dia tau aku memilikimu, tau aku ada sesuatu dengan C. Tapi dia tidak menganggap benar2 semua itu. Baginya aku miliknya. Tanpa sesuatu yang jelas, tanpa status, dan tanpa apapun yang nyata. Jujur hatiku lebih memihak padanya kala itu. Bertolak belakang dengan C, dia tak tau apapun tentangmu mas, tak tau juga tentangku. Setelah kutanyai dan menembakku, aku katakan aku menyayanginya. Itu saja. Hemmm, dan ternyata dia menungguku. Berbulan-bulan berlalu, aku tak lama memutuskan untuk tidak mau dipanggil ‘sayang’ lagi oleh A, karena aku memang bukan ‘sayang’nya. Hehh, dan dia sudah berganti ‘sayang’ 3kali setelah aku. Tapi sampai saat inipun masih sering memanggilku ‘sayang’. Terakhir dia bilang, sebulan yang lalu, hanya aku yang benar2 memahaminya.
Hemmm.. berbulan-bulan berlalu hanya dengan C, mas.. dan tidak denganmu.. yahh...tanpamu aku mulai terbiasa memanggilnya ‘sayang’ meski tanpa status yang jelas. Sampai kemarin, september, saat aku menanyakan sesuatu padamu.. tentang kita yang sama saja seperti daun yang jatuh dan terbawa arus air yang entah kemana. Sama sepertiku dengan C. Karena itu, aku mengambil daun yang hanyut itu, lalu kubuatnya tidak melintasi sungai lagi. Dan semuanya jelas, begitu jelas..

Mas, kamu tau kan, aku hobi nulis.. kisah kita dimasa kemarin, aku ceritakan kepada sebongkok kertas, dengan satu harapan suatu hari kamu membacanya. Tapi itu tidak mungkin. Kamu tau kenapa? Sudah aku bakar lembaran-lembaran itu dulu, ketika sakitku karenamu tak bisa kutahan lagi. Hemmm, aku terlalu sakit mas, kamu harus tau, aku sakit karenamu dulu.. tapi tenang, aku sudah tidak lagi sakit sekarang. Setidaknya jika aku sakit sekarang, itu bukan karenamu.

Mas, sedikit jujur, aku merindukanmu.. hemmm, bisakah kita menjadi teman, seperti dulu?
Saat kita belum mengenal apa itu sayang. Saat kita belum tau ada yang lain yang menyentuh hati hingga getarnya tak lagi biasa.. aku tak nyaman dengan kita yang sekarang. Jujur, sering ingin aku menyapamu, mention kamu, comment dfacebookmu, tapi pasti kuurungkan. Aku takut tak terbalas. Aku ingin menjadi temanmu, mas.. teman yang benar2 teman kali ini.

Bukan karena apa-apa. Hanya ingin menjadi temanmu saja. Boleh kan?
Mas, tau ini bukan surat cinta lagi, hehe..ini lebih layak disebut cerpen supermini tentang sepenggal kisah kita, akhir kisah kita lebih tepatnya. Mungkin kamu bosan membacanya, yahh....bukan mungkin lagi, tapi pasti..

Mas, apapun yang kamu pikirkan saat ini tentangku, kumohon hapus semua sakitmu karenaku. Aku pun begitu, sudah memperban semua luka2 karenamu, bahkan sudah menggantinya dengan hati yang baru. Kamu juga kan mas? Aku tau dan yakin, kamu bukan tipe orang yang mudah terpuruk, apalagi hanya karena seorang aku. Mas, semoga kamu disana selalu sehat dan sukses serta dalam lindungannya. Amin.

Tau kan mas, apa artinya doaku itu? Artinya aku akan menyudahi surat ini. Selamat menjalani hari-harimu mas..:)

-yang ingin menjadi temanmu lagi

No comments:

Post a Comment