14 January 2012

Surat di balik Selimut

Mama, anakmu mengirimkan surat cinta, jangan Kau tertawakan.



Selamat malam Mama,

Benar bukan ini malam?

Aku hapal betul, sebagai perempuan lain yang 20 tahun Kau tumbuhkan bersama kekasihmu dan sebagai satu-satu nya perempuan yang berbelas tahun lalu s-e-l-a-l-u mengamati gerak gerikmu dan menirunya di kamar tempat ia tidur. Aku menjadi hapal betul Ma, Kau akan membaca ini pada waktu sinar matahari sudah tidak berwarna kuning. Dan Kau mengantinya dengan sinar lampu yang redup redup. Kemudian Kau berbaring di sisi kanan tempat tidur, menarik selimut dan *badaaa* Kau menemukan selembar kertas jatuh melayang layang ke dadamu –itu bayanganku, terjatuh didadamu.

Mama, aku memilih menyelipkan surat ini di bawah selimutmu. Karena dengan alasan yang masih sama, hapal betul. Kau hanya akan menyentuh peraduan tidurmu ketika Kau telah puas berbincang dengan kami. Setelah kita sama sama merangkum hari diatas meja persegi. Dan dengan Mama menemukan surat ini, mungkin akan terlintas di benak mama seorang perempuan yang sempat kau juluki pinang. *sekarang, Ia sedang berpura-pura tidur*. Doa perempuan itu malam ini, semoga kedatangan pagi membuat Mama tidak terlalu ber-emosi memergoki wajahnya yang malu malu. Kabulkanlah :)

Selamat malam Mama yang cinta nya selalu sempat untuk menyindirku. Hampir setiap sore mama uring uringan, sore ini pun. Karena pagi ini seperti biasa, aku terlambat bangun, terlambat kuliah, dan karena pagi ini mama harus mengejarku hingga jalan raya karena aku lupa menjalani ritual kita, mengucap kalimat sajak ”aku berangkat dulu ya ma” sambil mencium tangan kananmu.

Ma, apa Mama ingat sewaktu dulu, sebelum Kau girangkan hatiku dengan kecupan selamat tidurmu, Mama selalu membawa setumpuk kertas dan menanyaiku tentang dongeng apa yang ingin ku dengar. Seperti hari itu Ma, bacalah dongeng pilihanku yang terselipkan dibalik selimutmu. Bacalah dan ceritakan dengan berbisik kepada kenangan. Kemudian jika Kau berkenan, kecuplah kenangan kita sebagai tanda Kau mencintainya.

Sudah ya Ma, Mama mesti tidur. Aku tahu Mama lelah. Lagi punya surat ini hanya menghantar ucapan selamat malam dari perempuanmu yang pemalu. Besok pagi Ma, jika bertemu aku, jangan Mama banyak membahas tentang surat ini. Kecup saja keningku sebagai ganti surat balasan dari mu. Dengan begitu aku tahu, Mama mengijinkan aku lebih sering menyelinapkan dongeng lain dibalik selimutmu.

Selamat malam mama yang cintanya tak pernah reda.

Dekap surat ini setiap waktu jika selimut Mama sudah tidak lagi menawarkan hangat.


Dari : anak perempuan Mama yang pemalu




Oleh:

No comments:

Post a Comment