14 January 2012

Surat Pertama: Yura Sayang

Halo sayang..

Surat ini aku tulis disela-sela kesibukan bersama kawan yang lain. Ah, kesibukan rutinitas saja sih, bukan hal penting seperti memikirkan proyek kerja di klien A, atau bagaimana menciptakan desain baru untuk perusahaan B seperti yang kau lakukan. Hanya kegiatan berdiskusi sederhana.

Sudah lama kita tidak bertemu ya. Masih belum sempat menjengukku? Atau kamu justru malu jika banyak orang yang tahu?

Yura sayang, kemarin aku bertemu mama papaku. Mereka datang berkunjung. Memberi keceriaan sekali. Papa datang dengan bunga lili, Mama datang dengan sekotak coklat. Entah kenapa mereka datang tidak bersama, tapi pulangnya barengan lho. Mereka sempat minta maaf karena baru sempat berkunjung, padahal aku tahu tidak mudah menemuiku dengan keadaan mereka saat ini. Wajah mama papa masih sama dengan terakhir aku lihat, hanya agak lebih pucat. Mengkhawatirkan diriku yang sedang sekarat sepertinya.

Yura sayang,
Jangan terlalu lelah bekerja, nanti kamu sakit. Memangnya kamu gak kasihan dengan Diana dan Yudi yang kehilangan banyak waktu untuk bermain bersama kamu? Ayolah, luangkan sedikit waktu untuk mereka berdua.

Yura sayang,
Mama bangga sama kamu. Selalu. Kamu itu istimewa. Mama ingat waktu kamu lahir Nyima dan Kipa sempat berbincang lirih “Silva, semoga anakmu menjadi anak yang membanggakan. Tidak seperti kamu yang lelah kami besarkan, malah berakhir di rumah sakit jiwa.” Terima kasih kamu masih menjadi anak yang luar biasa, meski ibumu hanya orang yang tidak waras dan membutuhkan perlakuan khusus setiap harinya.

Yura,
Mama baik-baik saja disini. Sudah lebih baik kalau katanya Suster Maria. “Kamu sudah tidak gila, Silva” Tapi mama ingin berjumpa dengan kamu, Yudi cucu kesayanganku, dan merasakan bubur ayam resep khas Diana. Yura, sesekali kunjungi Mama disini ya, Nak.

Cium sayang untuk Yura.

Mama.


Oleh: @starlian
Diambil dari: http://starlian24.wordpress.com

No comments:

Post a Comment