14 January 2012

Surat Untuk Calon Pintu Surgaku

Kepada Calon Suamiku,
Sayang, telah kusiapkan sepasang tangan yang kelak akan sangat lihai mengusir lelah yang menggelayuti pundakmu; yang sepanjang hari kau paksakan untuk tetap tegak agar pundi rezeki selalu bisa kau  bawa pulang.
Telah ku persiapkan pula stamina sebagus mungkin agar tak luput tiap inci tubuhmu dari pijatan tanganku meski seharian ku habiskan waktu di luar dengan segudang aktivitasku sebagai tenaga kesehatan yang mengabdikan diri pada masyarakat.
Kau juga harus tahu sayang, aku memiliki cinta yang terlampau besar dengan jiwa yang begitu lapang, jika sewaktu-waktu kau pulang ke rumah membawa masalah pekerjaanmu. Telah ku siapkan sepasang telinga untuk jadi pendengar baikmu, pemikiran yang cukup bijak untuk meredakan sejenak emosimu atas dunia luar. Menjadi peneduhmu.
Aku juga mulai sering memasak sekarang, agar nanti bisa membuatkan makanan kesukaanmu. Di samping itu, telah ku siapkan berbutir-butir sabar jika pada akhirnya kau menolak untuk makan malam di rumah karena masakanku tak sesuai dengan seleramu sementara aku menghabiskan waktu seharian di dapur hanya untuk makan malammu itu.
Tak mengapa sayang, aku akan tersenyum dan memesankan makanan dari luar saja. Besok akan ku coba lagi membuatkan makanan yang kau suka.
Apa? Kau sudah tak bernafsu makan? Baiklah akan kubuatkan secangkir teh. Tidak? Kau mau kopi? Baik sayang, akan kubuatkan apa pun.
Malam ini kau akan begadang? Baik sayang, akan kusiapkan ruang kerjamu. Ada sebaskom air  hangat di bawah kursi yang bisa kau gunakan untuk merendam kaki agar otot-otot kakimu tak terlalu tegang.
Akan kuputarkan juga lagu-lagu kesukaanmu yang sebelumnya kusiapkan dalam satu playlist agar kau lebih bersemangat kerja. Aku akan meninggalkanmu sendiri di ruang kerjamu. Jika kau butuh sesuatu, aku masih belum tidur; menunggumu menyelesaikan pekerjaan sembari menyiapkan segala hal yang kau perlukan esok hari.
Kau tahu, aku tak pernah bisa tidur tanpamu; tanpa musik surgaku. Suara dengkurmu menjelma jadi musik pengiring tidurku.
Ini sudah terlalu larut sayang, rebahlah sejenak. Biar aku yang membereskan ruanganmu. Kau segeralah tidur, aku akan menyusul.
————————————————————————————————-
NB: Ditujukan pada @ASanyyy

oleh: @_setengahwaras
diambil dari: http://perempuansetengahwaras.wordpress.com

1 comment: