Kepada Calon Suamiku,
Sayang, telah kusiapkan sepasang tangan yang kelak akan sangat lihai  mengusir lelah yang menggelayuti pundakmu; yang sepanjang hari kau  paksakan untuk tetap tegak agar pundi rezeki selalu bisa kau  bawa  pulang.
Telah ku persiapkan pula stamina sebagus mungkin agar tak luput tiap  inci tubuhmu dari pijatan tanganku meski seharian ku habiskan waktu di  luar dengan segudang aktivitasku sebagai tenaga kesehatan yang  mengabdikan diri pada masyarakat.
Kau juga harus tahu sayang, aku memiliki cinta yang terlampau besar  dengan jiwa yang begitu lapang, jika sewaktu-waktu kau pulang ke rumah  membawa masalah pekerjaanmu. Telah ku siapkan sepasang telinga untuk  jadi pendengar baikmu, pemikiran yang cukup bijak untuk meredakan  sejenak emosimu atas dunia luar. Menjadi peneduhmu.
Aku juga mulai sering memasak sekarang, agar nanti bisa membuatkan  makanan kesukaanmu. Di samping itu, telah ku siapkan berbutir-butir  sabar jika pada akhirnya kau menolak untuk makan malam di rumah karena  masakanku tak sesuai dengan seleramu sementara aku menghabiskan waktu  seharian di dapur hanya untuk makan malammu itu.
Tak mengapa sayang, aku akan tersenyum dan memesankan makanan dari  luar saja. Besok akan ku coba lagi membuatkan makanan yang kau suka.
Apa? Kau sudah tak bernafsu makan? Baiklah akan kubuatkan secangkir  teh. Tidak? Kau mau kopi? Baik sayang, akan kubuatkan apa pun.
Malam ini kau akan begadang? Baik sayang, akan kusiapkan ruang  kerjamu. Ada sebaskom air  hangat di bawah kursi yang bisa kau gunakan  untuk merendam kaki agar otot-otot kakimu tak terlalu tegang.
Akan kuputarkan juga lagu-lagu kesukaanmu yang sebelumnya kusiapkan  dalam satu playlist agar kau lebih bersemangat kerja. Aku akan  meninggalkanmu sendiri di ruang kerjamu. Jika kau butuh sesuatu, aku  masih belum tidur; menunggumu menyelesaikan pekerjaan sembari menyiapkan  segala hal yang kau perlukan esok hari.
Kau tahu, aku tak pernah bisa tidur tanpamu; tanpa musik surgaku. Suara dengkurmu menjelma jadi musik pengiring tidurku.
Ini sudah terlalu larut sayang, rebahlah sejenak. Biar aku yang membereskan ruanganmu. Kau segeralah tidur, aku akan menyusul.
————————————————————————————————-
NB: Ditujukan pada @ASanyyy
oleh: @_setengahwaras
diambil dari: http://perempuansetengahwaras.wordpress.com
Bagus sekali. . . Suka banget sama surat ini
ReplyDelete