20 January 2012

Balasan untuk Seorang Sahabat

Teruntuk @manggarlintang

Aku seperti sedang kemalingan. Bukan, kamu bukanlah pencuri barang-barangku. Kamu juga tidak mengambil siapapun daripadaku. Kamu hanya sudah mencuri kesempatanku, untuk lebih dulu mengirimi surat cinta. Ya, kamu ternyata menjadi yang pertama di antara kita.

Teruntuk Lilin,

Aku baru saja membuka mataku dan menyapa mentari, saat aku kemudian mulai membaca surat kiriman darimu itu. Ada sesuatu yang istimewa yang kutemukan di sana. Ada kamu, dengan segala rentetan kata yang ‘Lilin banget’. Ada sesuatu yang sederhana, yang membuat sekujur tubuhku menjadi yang tak mampu kuucapkan lewat kata. Merinding, terharu, dan penasaran. Ya, semakin ingin tahu saja ketika kita pada akhirnya memang dipertemukan oleh kesempatan.

Aku baik-baik saja, walau dingin nampaknya terus mencoba merobohkan. Tapi tenang, aku selalu ingat bahwa aku punya lilin yang akan selalu menghangatkan.

Aku tidak pernah merasa keberatan ketika kau sebut sebagai sahabat. Aku hanya takut, tidak memiliki lengan yang cukup kuat, untuk menopang ketika bebanmu terlalu berat. Aku takut tak punya jemari yang cukup hangat, untuk menggenggam tanganmu setiap saat. Aku hanya merasa, sahabat rasanya bukan sebutan yang tepat.

Aku salah satu yang sangat mengagumi semua ciptaan Tuhan. Ciptaan dengan seribu bakat yang ada, berlaksa keindahan yang tersedia. Aku hanya merasa, memuji adalah salah satu caraku menghargai ciptaanNya. Aku tak pernah bosan untuk memuji, karena memang segala sesuatu pantas untuk terus dipuji. Kamu dengan tulus memuji, berarti kamu pun keren! :)

Jika ternyata sempat ada aku disebagian waktumu, ada sungging yang telah kau cipta untuk senyumku

Untuk lilin, yang selalu berusaha menyala selama mungkin
jika aku adalah udara, maka Tuhan adalah tangan yang senantiasa menjaga
agar cahayamu tidak mudah redup begitu saja
agar jangan sampai dengan kekuatanku,
aku membuatmu memudar dengan begitu sia-sia


Untuk lilin, yang selalu menyembunyikan sedihnya dalam gelap
mengapa tak merebah di pundakku walau untuk sekejap?
kau tahu, selalu ada bahu yang senantiasa siap


Untuk lilin, yang selalu menyembunyikan beban dalam diam
ku harap aku bisa juga berubah menjadi malam
akan ku ajak kau ke tempat yang tak lagi kelam


Untuk lilin,
terima kasih untuk surat yang kemarin kau kirim. Itu bagus, tanpa cela walau sedikit. Semoga waktu dengan cepat mempertemukan dua pasang mata kita, hingga nanti kita bisa saling bertukar cerita.

~ Secepatnya aku akan pulang, hingga kita akhirnya diberikan peluang. Salam balik dari Hachi, anjing peliharaan paling nakal. :p *peluk-cium bertubi-tubi*

- @estipilami

No comments:

Post a Comment