04 February 2012

Surat Kaleng untuk @gunawangabriel

Kecengan Tak Tersampaikan


Hay Kak Gaby pasti langsung bete dech klo dipanggil gitu .. Panggil saya Gebrul ajah.
Haahahha .. iya dulu kita dipertemukan saat status masih putih dan abu – abu. Perkenalan yang singkat karena tak lama kemudian kau pun melanjutkan status mahasiswa dimana tidak ada aturan memakai seragam.

Perkenalan yang singkat namun cukup menyimpan sejuta memori di hati. Heheheh, awal ketemu langsung terasa deg – deg – degan ngga jelas gituh. Iyah, namanya juga ABG (saat itu) punya kecengan kakak kelas rasanya bisa menaikkan standar golongan status sebagai murid baru. :D

Kenaikan kelas bagiku adalah kehilangan yang besar karena dirimu pergi dari sekolah yang seperti penjara itu lho. Tidak ada semangat lagi rasanya untuk datang ke sekolah karena tidak ada orang yang di nanti. Walaupun hanya melihat sekilas saat kita berpapasan di kantin, di jalan, di lorong itu sudah lebih dari cukup untuk jadi mood booster seharian. Namun, sekarang rasanya berbeda, rasanya tidak lagi sama tanpa kehadiranmu.

Awalnya kukira begitu, hingga akhirnya aku tahu bahwa kau ikut kegiatan ekstrakurikuler pencinta alam. Ini kesempatan untukku agar bisa melihatmu lagi. Jadi, dengan sedikit terpaksa aku pun memutuskan ikut kegiatan yang menguras tenaga itu. Untunglah kakak kelas dan para seniornya begitu ramah sehingga aku benar – benar betah dan mengikuti semua proses diklatnya.
Masih kah kau ingat saat – saat itu?
Di pelonco setiap hari sabtu, entah berapa kali hitungan push up, sit up, belum ditambah harus keliling daerah bengawan. Tak apa ... aku lakukan itu demi melihat wajahmu :D

Salah satu syarat menjadi anggota sah harus mendaki gunung dengan ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut dan gunung yang terpilih adalah Gunung Ceremai (3.078m). Aku lupa saat itu kenapa Gunung Ceremai di Kuningan sana yang dipilih. Kakak senior yang ikut mendampingi salah satunya adalah kau. Whuuuaaa kurang bahagia apalagi coba .... membayangkan bersamamu berhari – hari mendaki gunung. Semua rintangan pun rasanya tak ada apa – apa nya. Hehehehee.
Hanya saja saat itu sedang musim hujan, jalur ke puncak terkena longsor dan akhirnya kita kembali pulang tanpa pernah menyapa pada ladang edelweis yang indah seperti yang kau ceritakan di perjalanan.

Kejadian itu sudah hampir sepuluh tahun yang lalu ... tapi jika aku mengingatnya rasa deg – deg –degannya masih terasa sampai sekarang. Hehehehee. Maklum lah kecengan tak tersampaikan. Bersamamu di dalam bis, berjalan disampingmu saat mendaki gunung, menggengam tanganmu saat menyusuri aliran sungai, memasak dan makan bersama walaupun cuman makanan kaleng tapi semuanya itu masih tersimpan apik di dalam lemari memoriku. Bahkan samar – samar aku masih bisa mencium aroma dari bajumu.

Melalui surat kaleng ini, aku hanya ingin bilang bahwa waktu itu aku suka padamu. Saat itu aku tidak punya keberanian untuk menyatakannya padamu, untuk memperlihatkannya saja aku tak berani. Tapi, itu sudah berlalu dan biarkan aku berdamai dengan masa laluku yah. Lagipula tampaknya ada seseorang disana yang akan kau pinang. Selamat yah. Jangan lupa undang aku.
Terima kasih telah mengenalkan keindahan alam padaku. Aku lebih mencintai menghirup aroma gunung daripada laut yang asin. Kalau bukan karena kau, aku tidak akan tahu bagaimana caranya membuat tenda, membaca kata sandi morse, membuat simpul tali, aku tidak akan dapat bertahan hidup di gunung sana. Aku tidak akan dapat melihat ladang edelweis yang begitu indahnya. Tidak ada yang seindah melihat matahari terbit dari atas puncak gunung.

Terima kasih yah :P

Dari : Aku yang dulu ngecenginmu

No comments:

Post a Comment