04 February 2012

Surat Kaleng untuk @ravimirza

Kepada:
@ravimirza

Hai, Mirza. Atau Ravi? Aku tak tahu apa nama panggilanmu. Aku panggil Ravi aja, ya?

Maaf jika aku sudah lancang mengirimkan surat ini. Aku hanya ingin menyampaikan perasaan yang pernah singgah di hatiku beberapa waktu yang lalu. Saat aku menyukaimu.

Itu hal tergila yang kamu baca hari ini? Well, ada yang lebih gila. Apa? Aku belum pernah bertemu denganmu secara langsung. Kau pasti bertanya-tanya, bagaimana bisa seseorang menyukai orang lain yang belum pernah ditemuinya? Aku akan menceritakan awal mulanya.

Saat itu aku menyukai seseorang, dia teman sekelasku di tempat kursus. Pertemuan pertama begitu sedikit berkesan, dan aku tahu namanya. Mirza. Berbekal nama panggilan itu, aku dengan tingkat percaya diri sekelas Tom Cruise di Mission Impossible, aku mencari akun Facebook-nya. Lalu, aku menemukan akunnya. Emm.. akunmu sebenarnya. Bodohnya, karena secara fisik kalian sedikit mirip, aku langsung menyimpulkan kalau kamu itu dia! Kucari pula akun Twitter-mu. Ku follow. Selama hampir satu minggu aku menceritakan tentangmu ke teman-temanku. Ehem, tahu lah ya tabiat cewek. Dan sampailah pertemuan berikutnya di tempat kursus. Kucari namamu. Ravi Mirza. Aku mulai panik saat tak menemukan namamu. Saat itulah aku sadar kalau aku menyukai orang yang salah. Bodoh, karena aku mengira aku telah menemukan bakat terpendamku sebagai seorang spy. Malu... karena sahabat-sahabatku menertawakan kebodohanku.

Anehnya, aku malah ilfeel dengan si Mirza asli yang kumaksud. Dan.. seperti itulah. Aku perlahan menyukaimu. Mengikuti timeline-mu yang kadang lucu. Masih suka mengikuti fakta terselubung? Aku sempat memikirkan beberapa cara untuk berkenalan denganmu.. tapi you just too good to be true. Aku tidak memiliki kepercayaan diri yang besar untuk masuk ke dalam kehidupanmu. Aku tahu kamu seperti apa, dan aku takut kamu tak suka dengan aku jika kita bertemu. Jadi seperti itulah akhir dari perasaanku kepadamu. Aku meng-unfollow akun twitter milikmu. Aku bangun dari mimpiku.

Masih ada harapan di dalam diriku untuk bisa mengenal dirimu. Tapi, biarlah tangan Tuhan yang merangkai alurnya. Jika Tuhan benar-benar mengabulkan harapanku, aku akan mengaku padamu, bahwa akulah pengirim surat kaleng ini. Anyway, aku masih mencari tahu apa maksud Tuhan 'mengenalkanmu' padaku. Masih misteri.

Jadi, seperti itulah. Semoga kuliahmu lancar dan cepat lulus ya. Aku mengerti bagaimana rasanya begadang mengerjakan tugas-tugas segunung Himalaya itu. Trust me, tugasku tak kalah beratnya. Well, ada satu kampus yang terkenal dengan tugas-tugas berat dan mahasiswa/i yang suka begadang. Kampus mana ya? *wink

Bye, Ravi.

No comments:

Post a Comment