04 February 2012

Surat Kaleng untuk @ichabeld

kepada: @ichabeld

Pernah aku baca di satu buku, bahwa kadang hari hari yang berlalu
dapat terasa begitu lama, atau hanya sesingkat percik api.

Lima tahun bukan waktu yang singkat, entah sudah berapa kali kita
berpapasan, namun tak ada satupun kenangan yang dapat aku ambil dan
kujadikan penanda tentang dirimu; hanya sepotong gambar yang sedikit
mengabur saat dirimu berjalan di bawah bayangan di satu siang yang
terik.

Lima tahun ini akan terasa bagaikan sepercik api bagiku jika dikaitkan
dengan kenangan yang aku miliki tentangmu; aku tak pernah
memperhatikanmu, dan aku yakin kau pun tak pernah memperhatikanku.
Banyak yang bilang aku terkesan angkuh dan sombong, hey, begitu juga
dirimu, aku juga malas musti berhadapan dengan wanita yang selalu
menekuk mukanya saat sedang berjalan.

Surat ini kutulis, kuharap bisa menjadi penanda, menjadi sebuah kamar
yang bisa kukunjungi kapan saja aku merasa resah dan tidak pasti.
Mungkin saat ini kau belum menyadari itu semua, tapi percayalah, meski
baru minggu minggu ini kita benar benar berbicara, serasa sudah
menahun aku begitu mengenalmu dan merasakan apa yang kamu rasa saat
ini.

Sungguh menyedihkan saat jalan hidup kita akhirnya berpapasan, garis
kehidupan yang kita buat akhirnya bersilangan oleh sebuah cobaan berat
yang menimpamu, yang menimpaku. Ada masa dimana kadang aku mengutuki
diri sendiri, mengapa semua ini bisa terjadi; aku juga yakin ada masa
dimana kau merasa berat untuk bisa menerima semua yang sudah terjadi
padamu; kita masih terlalu muda untuk dihadapkan pada hal hal seperti
ini, dan suka atau tidak suka, kita sama sama sendiri.

Kukirim doaku lewat bisik yang meremang di ujung malam. Ada yang tak
akan pernah kulupa, serangkaian kata yang terucap saat malam mulai
menua dan kita mulai kehilangan pegangan. Ada yang selalu menguatkan,
senyum dan lambaian tangan di sela air mata yang kadang tertumpah
sejak pertama aku berlutut di tanah merah: kuburan kosong, pemakaman
hati sendiri.

Tak akan mudah untuk menjalani semua ini dengan tabah, jalan yang
telah kita ikuti ini tak tentu juga dimana akan berujung. Namun dari
sedikit yang kita punya, banyak hal yang tak akan pernah ingin kulupa;
seikat doa dan sekuntum cita cita yang kutabur di depan pintumu,
semoga sampai harapanku di sisimu.

Ini segenggam harap, jadikanlah pengingat. Mungkin hanya sekedar
bayangan namun jadikanlah kenangan.

No comments:

Post a Comment