15 January 2012

Hey, Kamu, Aku Pemalu

Dear kamu,

Surat cinta. Buat Kamu. Untuk Aku.

Hey, Kamu,  ini surat cintaku. Di tengah kesibukanku menulis surat lamaran pekerjaan, entah angin apa yang mendorongku untuk menulis surat cinta di malam ini. Jujur, aku tidak terlalu pandai merangkai kata. Tapi buat kamu, apa sih yang .... Ah, sudahlah. Aku memang terlalu pengecut untuk berbicara langsung padamu, pemalu lebih tepatnya. Berhadapan denganmu saja sudah menguras banyak keringatku. Ya, aku memang sepemalu itu. Di depan orang-orang aku bisa melakukan hal yang mengagumkan, tapi di depanmu aku hanya bisa melakukan hal-hal yang justru membuatku "tampak bodoh". Aku salah tingkah di setiap hal yang berkaitan denganmu. Jangankan mention, follow  kamu aja aku tak bernyali. Aku gengsi jika akunku hanya ada di follower kamu tanpa pernah berkomunikasi. Tapi, jantungku terlalu deg-degan untuk sekedar menulis "hey" ke kamu. Jika ingin melampiaskan rasa di hatiku, aku selalu menyebut kamu sebagai "kamu" di  semua tulisan di akun jejaring sosial-ku. Benar, twit "cur-col" no-mention ber"kamu" itu buat kamu. Iya, percayalah, aku memang sepemalu itu. Maka dari itu, ku tuliskan surat cinta ini. Tidak berharap ada yang akan membantu cc-in ini ke kamu, kok. Hanya berdoa, jika Tuhan mengizinkan, sesuatu akan menuntun jarimu untuk sekedar terkunjung ke blog ini. Dan kamu membaca. Dan kamu merasa. Amin

Hey kamu. Apa kabar? ku harap harap baik baik saja. Meskipun tak kamu tanya, tapi aku baik saja kok disini. Kamu sekarang sibuk ya, kulihat dari fb-mu kamu sedang berkutat dengan skripsimu. Meskipun kamu mengeluh stress, aku tau kamu akan menyelesaikan dengan gampang. Kamu kan pintar. Dan manis tentunya, haha. Aku kangen dengan wajah lucumu itu. Orang bilang itu wajah lugu bahkan kadang bego. Aku bilang itu wajah termenarik yang pernah kulihat. Wajah jenaka yang menyimpan mimik kecerdasan penuh rasa ingin tau, sinar mata berbinar yang siap melemparkan keisengan ke teman teman. Tapi justru dari mata teduhmu itulah aku terpikat.

Kamu medok ya sekarang... Itulah kamu, yang mudah bergaul dengan siapa saja. Jawa telah banyak mengubahmu. Tapi tidak akan mengubah perangai santun yang senantiasa memegang kaidah agama, sifat asli yang kau miliki. Tidak juga mengubah anggapan ku tentang kamu yang sempurna di hatiku karena hatiku telah kubutakan untuk menerima kekuranganmu. Tak apalah kamu medok, justru bikin tambah gemes.
Kamu perlu tau, aku sangat mengagumi Jawa. Tempat yang selalu ingin ku kunjungi. Pulau tempat kau menimba ilmu sekarang. Aku merindukan Jawa, aku rindu keindahan alamnya, aku rindu budayanya, aku merindukan makanannya, aku merindukan penduduknya dan aku merindukan kamu. Aku yakin suatu saat aku akan kesana, dan berharap akan bertemu kamu disana. Ah, sungguh indah menyatukan Jawa yang indah dan kamu yang indah. Tentunya setelah aku bisa mengalahkan sifat pemaluku ini. Tapi seandainya aku tidak mendapati kamu, karena kamu sudah tidak disana lagi dan entah berada dimana aku akan tetap bahagia karena kenanganku pernah memiliki kenangan di tempat itu.

Surat cinta. Aku selalu menganggap ini romantis. Klasik dan bernilai. Lebih pribadi. Dan....Ah, pokoknya kesan yang ditinggalkan itu lebih mengena, dari hati. Kamu yang cerdas dan menghargai hal hal yang kecil pasti juga akan setuju denganku. Paling tidak, aku akan terlihat berbeda daripada orang yang mengirim pesan dari hasil salinan kepadamu. Anggap saja unik. aku kan tidak mau sama, aku berbeda.
Ini permulaan. Aku pemalu yang termasuk pemula dalam hal ini. Dengan malu-malu kutulis surat ini. Nantinya, aku akan rajin mengirimimu surat. Tak perlu kamu balas. Cukup kamu hayati sambil tersenyum senyum kecil, memamerkan deretan gigimu yang selalu memancing senyum kecilku pula. Ah, betapa aku rindu senyummu itu. Sini, biar ku potret satu. Tapi yang tersenyum karena aku yaa ;)

Kamu yang baik hati, malam sudah larut. Aku masih ingin menulis. Tapi biarkan saja luapan rasa ini kutuang di lembaran kertas-kertas berikutnya. Aku masih banyak punya kertas. Tinta pun masih banyak. Bahkan aku masih punya pena berbau permen yang kita sebut "pena narkoba" di sekolah dulu. Apa kamu mau aku menulis dengan itu? biar bisa candu kamu mencium surat cinta ini. Atau apa perlu ku pakai lipstik dan kucium surat ini biar tercetak lekuk bibirku?. Tapi aku punya cara lain, ku semprotkan saja parfum di surat ini. Parfumku. Pilihan parfumku oke loh. Banyak yang menyukai wanginya. Tidak penting sih, tapi siapa tau kau bisa tertarik dan langsung menghubungiku untuk sekedar menanyakan "ini parfum merk apa sih?". Dan berbunga-bungalah hatiku setelah itu. hahah.

Sudah ah. Goodbye kamu. Sehat sehat ya disana. Jangan berhenti ceria. Karena itu ceriaku.

Salam  hangat,

Aku yang pemalu :)


dikirim @dwiratihcp dari http://atehlaggi-ngeblog.blogspot.com/2012/01/hey-kamu-aku-pemalu.html?spref=tw

No comments:

Post a Comment