16 January 2012

Dari Masa Depan

Hai, Sayang.
Aku tak tahu pasti hari apa ketika kamu membaca surat ini. Berapa nilai tukar dollar Amerika dengan mata uang kita sekarang. Atau bahkan, siapa presiden yang memimpin kita. Apakah presiden itu masih bodoh dan busuk seperti saat aku menulis surat ini.
Tapi satu yang aku tahu dengan pasti, aku begitu mencintaimu, Sayang.
Aku yakin kita akan sering bersitegang, bertengkar lalu saling memaafkan atas nama rasa kasih sayang. Aku tidak segagah dulu, meskipun memang aku tidak pernah merasa gagah. Beban pikiranku kian berat, namun disana pendewasaan diri aku dapat. Aku akan mengajarimu untuk mendapatkan pendewasaan itu di saat yang tepat.
Aku belum menemukan pasangan jiwaku yang sebenarnya saat ini. Seseorang yang akan mengajari kamu untuk merawatku saat aku sudah payah dan tak mampu untuk sekedar mengunyah. Seseorang yang akan mengajari kamu segala hal dan aku akan membantu dirinya untuk melengkapi itu.
Bagaimana harimu? Menyenangkan? Ada orang menyebalkan yang mencoba mengganggumu? Bagaimana nilai matematikamu hari ini? Asal kamu tahu saja, aku sering mendapat nilai sempurna untuk pelajaran itu.
Baju apa yang kamu pakai hari ini? Apakah itu seragam dari klub bola yang aku sukai dan kamu menjadi suka menontonnya di malam hari? Membuatmu dimarahi karena kamu mempunya kesibukan di esok hari. Pertandingan Liverpool memang selalu menarik untuk ditonton.
Entah PSMS Medan masih ada atau tidak saat itu, namun aku akan menceritakan cerita heroik kebesaran mereka yang juga aku dapatkan dari cerita bapakku. Lalu aku akan menceritakan pengalamanku bagaimana kami bergembira ketika mereka mencetak gol dan berbuah lemparan batu dari kelompok suporter lain yang kami sambangi stadionnya. Epic. Kamu harus merasakan kesenangan itu juga. Harus!
Masa depan yang kami rangkai adalah kamu. Seperti orang tua kami dulu, opungmu, merangkai jalan masa depan kami. Kami berusaha membahagiakan mereka. Aku harap kamu juga melakukannya kepada kami, Bapak dan Ibumu, nanti.
Kepada calon buah hatiku di masa depan yang akan mewarisi nama Gultom di belakang namanya.
Dari ayahmu yang doyan berkhayal dan sedikit nakal dalam gombal namun tetap loyal, David Gultom.


Oleh --@OmUCOK13

No comments:

Post a Comment