16 January 2012

Kepada Dosen Muda yang Bersahaja

Halo Mas..

Awalnya agak aneh memanggil seorang dosen dengan sebutan ‘mas’ bukan ‘bapak’. Tapi lambat laun kata ‘mas’ makin enak diucapkan, karena memang inginnya kamu dipanggil demikian, yakan? Kata itu menggambarkan bahwa kamu memang lebih bersahabat dengan para mahasiswa, masih muda, cerdas dengan gelar S2. Aku masih ingat pertemuan pertama kita dikelas… Ah aku malu menyebut mata kuliah yang kau ajarkan. Boleh kan tak ku sebutkan? :)) Waktu itu pertemuan kedua di kelas, karena pada pertemuan pertama aku bolos mas. Pacaran. Dulu. Duluu sekali semester lalu :D

Aku juga masih ingat hal pertama yang kau ajarkan. Sigmund Freud. Ya, si Bapak Tua yang briliant itu. Aku tidak peduli tentang teori semiotikanya, atau mungkin paham post-modernismenya. Yang aku pedulikan hanya kata-katamu, bukan Bapak Tua asal Austria itu. Dari situ diam-diam aku mengagumimu. Aku suka caramu menyampaikan ilmu. Tidak seperti dosen lain yang terkesan menggurui, kamu cenderung mementori kami. Tapi yang paling aku suka adalah caramu berdeham sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaanku.

Kuharap nanti kita bertemu lagi sebagai mahasiswi dan pembimbing skripsi. Karena pasti nanti aku akan mencari-cari judul skripsi yang sesuai dengan spesialisasimu. Karena pastiaku akan membaca buku-buku yang kamu suka, menonton film-fim yang kamu rekomendasikan seperti ‘before sunshine’. Terima kasih telah memberiku nilai “A” semester lalu. Tetaplah menjadi penyampai ilmu yang bersahaja :)

Pengagummu



Oleh:

Diambil dari: http://keyikey.tumblr.com

No comments:

Post a Comment