16 January 2012

Kepada Kamu Disana, Ini Rindu.

Kepada kamu disana, Yang masih mendaki kehidupanmu, yang masih berjalan sesekali berlari, yang masih berkelana, yang masih belum kembali ke rumahmu.
Surat ini menetas begitu saja, karena kerinduan, karena aku terperangkap dalam nostalgia, putaran film-film lama itu bermain di benak ini. Bukan, bukan pikiranku yang mengendalikannya, tetapi hembusan angin yang mengucap rindu, mengecup hatiku dan film itu kini tayang kembali atas nama kerinduanku.
Ya, kamu yang disana,
Aku ingin bercerita padamu, karena mungkin dahulu aku lupa menceritakannya. Karena aku ingin kamu tahu, ceritaku ini, sebuah perjumpaan, sebuah awal ketika aku menemukan seorang yang tak mampu terhapus maupun terlupakan ataupun terganti. Maka simak ceritaku, wahai kamu yang disana.
Waktu itu, tahun baru berganti, tahun baru masih sangat dini. Namun hujan tampak awet bagi hidupku. Bukan hanya karena memang sedang musim penghujan. Malam terhitung lama. Entahlah, mungkin malam semakin panjang umurnya ketika itu.
Masih gelap, aku masih takut untuk mencari sinar yang lain. Seakan malam yang pekat memelukku erat, enggan melepasku dan aku enggan pula melepaskannya.
Tetapi, kepada kamu yang disana,
Aku tidak pernah menyangka, menemukanmu di depan pintu itu. Melihatmu untuk yang pertama kalinya, melihat sesuatu yang baru dalam hidupku. Aku hanya mampu terhenyak, atas sinar yang kau bawa serta. Begitu berbeda, diantara manusia lainnya yang ada di ruangan saat itu. Sinar yang baru, sinar yang berbeda.
Ketika itu, mataku ingin menangkap matamu. Ingin menelaah kedua rembulan hitam yang ada dimatamu, dibalik lensa kaca itu. Aku sungguh penasaran akan sinarnya di dalam sana, begitu hidup.
Tapi aku hanya mampu tersipu, tersenyum sendiri di sudut ruangan itu. Menertawai diriku yang bersikap terlalu aneh. Karena aku tahu, aku mulai mengagumimu.
Dan teruntuk kamu yang disana,
Saat itu aku tahu, malam terlihat begitu terang. Pelukan malam terasa lebih longgar. Langit yang pekat itu mulai mencerah. Ah, kini fajar datang terlalu dini.
Aku harap satu kerinduanku pergi ketika surat ini akhirnya selesai kau baca. Kepada kamu yang disana, ini hanya satu surat dari sekian surat yang akan kukirimi lagi kepadamu.
Dalam hujan, dalam rinduku padamu.

oleh: @
diambil dari: http://raindropstales.wordpress.com

1 comment: