Kepada kamu disana, Yang masih mendaki kehidupanmu, yang masih berjalan sesekali berlari, yang masih berkelana, yang masih belum kembali ke rumahmu.
Surat ini menetas begitu saja, karena kerinduan, karena aku  terperangkap dalam nostalgia, putaran film-film lama itu bermain di  benak ini. Bukan, bukan pikiranku yang mengendalikannya, tetapi hembusan  angin yang mengucap rindu, mengecup hatiku dan film itu kini tayang  kembali atas nama kerinduanku.
Ya, kamu yang disana,
Aku ingin bercerita padamu, karena mungkin dahulu aku lupa  menceritakannya. Karena aku ingin kamu tahu, ceritaku ini, sebuah  perjumpaan, sebuah awal ketika aku menemukan seorang yang tak mampu  terhapus maupun terlupakan ataupun terganti. Maka simak ceritaku, wahai  kamu yang disana.
Waktu itu, tahun baru berganti, tahun baru masih sangat dini. Namun  hujan tampak awet bagi hidupku. Bukan hanya karena memang sedang musim  penghujan. Malam terhitung lama. Entahlah, mungkin malam semakin panjang  umurnya ketika itu.
Masih gelap, aku masih takut untuk mencari sinar yang lain. Seakan  malam yang pekat memelukku erat, enggan melepasku dan aku enggan pula  melepaskannya.
Tetapi, kepada kamu yang disana,
Aku tidak pernah menyangka, menemukanmu di depan pintu itu. Melihatmu  untuk yang pertama kalinya, melihat sesuatu yang baru dalam hidupku.  Aku hanya mampu terhenyak, atas sinar yang kau bawa serta. Begitu  berbeda, diantara manusia lainnya yang ada di ruangan saat itu. Sinar  yang baru, sinar yang berbeda.
Ketika itu, mataku ingin menangkap matamu. Ingin menelaah kedua  rembulan hitam yang ada dimatamu, dibalik lensa kaca itu. Aku sungguh  penasaran akan sinarnya di dalam sana, begitu hidup.
Tapi aku hanya mampu tersipu, tersenyum sendiri di sudut ruangan itu.  Menertawai diriku yang bersikap terlalu aneh. Karena aku tahu, aku  mulai mengagumimu.
Dan teruntuk kamu yang disana,
Saat itu aku tahu, malam terlihat begitu terang. Pelukan malam terasa  lebih longgar. Langit yang pekat itu mulai mencerah. Ah, kini fajar  datang terlalu dini.
Aku harap satu kerinduanku pergi ketika surat ini akhirnya selesai  kau baca. Kepada kamu yang disana, ini hanya satu surat dari sekian  surat yang akan kukirimi lagi kepadamu.
Dalam hujan, dalam rinduku padamu.
oleh: @raindropstales 
diambil dari: http://raindropstales.wordpress.com
kereeen keren(y)
ReplyDeleteempat jempol buat surat cintanya :D