16 January 2012

Teruntuk Suami


Sayangku…
Saya begitu bersyukur atas anugerah yang Tuhan berikan pada saya, yaitu kehadiranmu dalam hidup saya. Rasa bahagia dan haru tak dapat dilukiskan ketika akhirnya kita berdua terikat dalam janji suci pernikahan setelah dipisahkan lautan dan benua demi mewujudkan masa depan indah kita berdua. Saling berbagi kesusahan dan kesenangan dalam sehat dan sakit dalam kasih dan pengertian membuat kita berdua semakin mengerti apa makna dari memiliki dan pengorbanan.
Ketulusan hatimu akan pengorbanan dan cinta kasihmu membuat saya menjadi wanita seutuhnya yang beruntung dipercaya oleh Tuhan untuk dititipi seorang suami sepertimu. Tiada keraguan sedikitpun dalam diri saya untuk mengabdikan cinta dan berbakti sebagai seorang istri padamu sebagai imam keluarga. Saya dan kamu saling melengkapi kepingan puzzle kehidupan.
Tiga tahun perjalanan bahtera kebahagiaan rumah tangga kita berdua begitu sempurna ya Sayang… Hingga pada suatu waktu Tuhan memberikan cobaan untuk kita. Sakit yang mendera saya tanpa ampun membuat saya tidak dapat menjadi istri yang seutuhnya dapat melayanimu dengan baik. Dalam ketidakberdayaan dan pasrah, saya merasa sedih dan frustasi begitu takut ditinggalkan olehmu dalam sakit dan kesendirian. Lagi-lagi kesabaran dan kesetiaanmu telah membuktikan sumpah yang kau ucapkan saat kita menikah dulu, bersama dalam sakit.
Sayangku… kamu itu manusia apa malaikat? Matamu yang sipit memberikan keteduhan saat menatap saya, dadamu yang bidang memberikan rasa nyaman saat saya menyandarkan kepala, pelukanmu memberikan kehangatan, kesabaran dan kelembutan hatimu meluluhkan dinding ego saya, semuanya.. semuanya darimu membuat saya selalu jatuh cinta tiap hari padamu, Sayang.
Sekarang saya sudah terbebas dari semua rasa sakit, berkat kamu… para dokter… keluarga besar kita berdua… dan tentunya Tuhan. Seharusnya kalian semua, terutama kamu – Duhai suamiku tersayang, tidak lagi murung dan sedih karena saya sudah sehat. Ada apa Sayangku? Apa karena kita sekarang terpisah oleh jarak lagi seperti sebelum kita menikah dulu?
Maafkan saya ya Sayangku, sungguh tidak bermaksud sedikitpun meninggalkanmu seorang diri setelah apapun kebaikan yang telah kamu lakukan dan perjuangkan untuk saya. Memang sudah seharusnya saya pergi agar kamu mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Maafkan saya yang tidak dapat memberikan apa yang selama ini kamu dambakan, seorang bayi mungil yang bahkan sudah kamu siapkan namanya.
Dengarkan saya, sayangku… Saya tidak akan kembali lagi kehidupanmu sekarang walau mungkin suatu saat nanti kita akan bertemu lagi. Saya mohon, jangan lagi bersedih dan begitu kehilangan seperti itu karena kamu bisa mati terbunuh sepi, saya tidak tega melihatmu menderita seperti itu ditinggalkan saya. Kembalilah seperti dirimu yang dulu, rajutlah kebahagiaanmu sendiri karena kamu layak mendapatkan itu semua. Mari kita saling merelakan bahwa hubungan kita hanya berakhir sampai disini, tidak ada sumpah pernikahan yang diingkari. Carilah lagi wanita lain yang dapat membahagiakan dan memberikan buah hati untukmu, Sayang… saya percaya pada pilihanmu. Saya baik-baik saja disini.
Baiklah, kamu boleh sesekali mengunjungi saya disini, kamu tahu dimana harus menemui saya kan ? Saya tahu kamu mencintai saya, begitupun dengan saya.
Ketahuilah Sayang, kalau umur saya panjang tentu saja saya akan mendampingimu hingga kamu menutup mata. Hapus air matamu, Sayang… kamu sudah menjalankan kewajiban sebagai seorang suami yang menafkahi lahir batin dengan kebahagiaan hingga maut memisahkan kita berdua.
-Istri yang mencintaimu dari surga.

No comments:

Post a Comment