17 January 2012

Hujan Polos


Hei kamu yang diluar, yang terus berteriak. ada apa denganmu?. Rajin sekali kamu menghampiriku. Ini belum waktunya, belum ada undangan lagi untukmu. Baru beberapa menit kamu pergi sudah kembali lagi menginjakan kaki di genteng kamarku. biasanya kamu datang ketika subuh, pergi setelah rikuh. Membasahi semua yang tak berteduh. Menyusuri celah yang tak tersentuh hingga merembes kedinding yang telah lumpuh.


Maafkan aku karena berkeluh. Aku hanya belum menyusun cerita tuk berbagi denganmu. Kata-kataku belum kuatur dengan rapi, mungkin juga banyak yang hilang dicuri sang pesaingmu yang terus menikam. Aku berharap kamu punya waktu banyak,  untuk aku berpikir memulai dari mana awal cerita ini dan tahu dimana akhirnya.


Hei kamu yang diluar, yang terus berteriak. Apakah kamu pernah mencintai seseorang dengan tulus?. Apakah kamu pernah mencintai seseorang hingga rela berkorban untuknya demi apapun itu? padahal terkadang dia menyakiti perasaanmu. Terkadang dia terlalu keras kepala, terlalu mengikuti alur keegoisan. Dia kurang merasakan apa yang namanya peka terhadap perasaan orang lain. Dia kurang menyelisik arti dibalik senyuman. Kita biasa sering berpelukan tetapi roh kita mungkin belum menyatu untuk saling menemukan.


Hei kamu yang diluar, yang terus berteriak. Yang masih memberikan waktu untukku, jawablah. Berikan tanda untukku kalau kamu masih ingin aku bersamanya. Aku begitu mempercayaimu dengan kepolosanmu. Kamu jujur dan tak pernah memilih kasih. Tiba-tiba hujan pun berhenti. Aku coba menengok keluar, membuka gorden merah tua. Ada tanda senyuman di jendela. Sedikit kaget. Memang benar, hujan memberiku senyuman. Kita harus tetap bersama.


Hujan yang polos memberi makna dalam senyuman untuk cinta yang tulus.








Oleh --@KohAchong


diambil dari http://kohachong.tumblr.com/

No comments:

Post a Comment