17 January 2012

Jakarta-Samarinda #3

Teruntuk,

kamu yang menunda-nunda membaca suratku.

Aku baru saja pulang kantor, selepas isya tadi dan basah kuyup kehujanan. Banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Sekarang aku akan memulai membalas suratmu ditemani jaket hijau pemberianmu dan secangkir coklat panas yang masih mengepul harum. Kamu mau? :p

Kamu tahu apa yang kulakukan setiap siang ketika ada tukang pos berhenti di depan kantorku? Aku berlari ke arahnya dan bertanya, "Ada, surat untukku?" berkali-kali sampai suratmu benar-benar datang hari ini. Benar kan, permainan ini sedikit membuatku tidak waras. Tapi tenang saja, hanya sedikit. haha. Permainan ini ternyata asyik juga. Deg-degkannya lebih terasa, walaupun rindu semakin terpupuk, semakin menumpuk.

Berapa ratus kali kubilang untuk membeli payung?

Apa perlu kupaketkan surat ini bersama payung? Dasar bandel.

Musim penghujan tak hanya datang di sana. Tetapi di sini pun juga. Malah tak hanya hujan, ditambah angin yang merajuk merobohkan pohon-pohon di pinggir jalan. Payungku saja berkali-kali terbang dan aku basah kuyup kehujanan.

Kamu tahu apa yang aku ingat ketika melihat titik-titik air hujan menggantung di ujung-ujung payung? Aku ingat waktu malam-malam hujan dan kamu nekat mengajakku makan. Kacamatamu sampai basah penuh air hujan. Waktu itu menunya adalah nasi goreng ampela untukku, nasi goreng petai untukmu dan teh manis panas yang kita pesan di pedagang kaki lima ujung gang. Diiringi suara rintik yang berisik, dan ceritamu yang selalu menarik. Namun yang paling terekam adalah saat kamu mengantarku pulang dan mengutarakan perasaaan. Dasar manusia penuh kejutan.

Haha.

Mulai saat itu aku tidak lagi membenci hujan, karena hujan pernah mendekatkan kita sedekat itu.

Sudah larut ternyata. Perasaan surat ini baru kumulai beberapa menit yang lalu. Ternyata kamu tidak hanya menyita hatiku namun juga menyita waktuku untuk sekadar menulis surat balasan untukmu.

Kusudahi balasan suratku ini, sebenarnya aku ingin menelepon dan bercerita tentang apa saja denganmu. Tentang sejarah, tentang geografi, tentang fotografi, tentang politik dan apapun seperti biasanya. Namun cukuplah kusimpan sampai permainan ini berhenti.

Jangan lupa makan walau banyak pekerjaan, pakailah jaket saat musim penghujan, jangan tidur terlalu larut, istirahat yang cukup.

Semoga Tuhan selalu melindungimu.

Jakarta, 20 November 2011

Tertanda

Aku yang beberapa hari ini menjadi galau karenamu.

p.s: Maaf jika aku bawel, jika bukan karena peduli, maka aku tidak akan seperti ini.



Oleh:

Diambil dari: http://justitiamustofa.com

No comments:

Post a Comment