17 January 2012

seru(pa)kata @nadhnadira

Kala itu di bulan kelima 2011. Twitter lah yang mempertemukan kita. Aku ingat betul, caramu menyamber pembicaraan orang di linimasa. Mungkin kamu yang selalu bergembira tak pernah perhatian pada cara berkenalan kita. Sampai di satu saat di sebuah pusat perbelanjaan ibukota, itulah pertama kali aku bertemu denganmu. Mari kita abaikan saja kenyataan bahwa kita berasal dari kampus yg sama. Awalnya hanya sebatas teman biasa. Akhirnya suasana pertemanan membawa ku ke hobi yang kamu suka. Fotografi. Awalnya aku hanya ikut-ikutan saja, tapi terkadang menjadi ketagihan untuk mencari kesenangan, membunuh perasaan gulana yg datang semena-mena di akhir pekan.

Kesukaanmu pada kata-kata membawaku pada lain hal, tenggelam pada kolam kosakata yang serupa cinta. Banyak pelajaran yang aku temukan, perihal berbagai cerita yang kau rangkai dalam kata-kata indah di dalam blogmu yang kau puja. Tanpa harus tahu banyak kisah hebat yang terjadi di dalamnya.

Kata-kata. Yak, itulah yang menjadi penghubung kita. Sejak awal pertemuan kita, aku selalu rajin mencipta kata, merangkainya dan sebisa mungkin mengikatnya dengan bantuan pagi, senja, malam, embun, ataupun anugerah Tuhan lainnya. Tak kuragukan, tulisanmu mengispirasi beberapa. Aku tidak mengenal sastra dengan baik. Namun, keindahan tulisanmu membawaku jatuh cinta pada kepingan kata-kata yang tiba-tiba bermunculan meretas di keypadku. Seketika itu juga aku paham, sihir paling indah terjadi, saat jemariku mulai menari sendiri. Menjejali memopad dan laptop dengan berbagai inspirasi. Yang kadang kudapati di saat sunyi, dan sendiri.

Nadira, mungkin aku tak pernah mengenalmu jika tak ada dunia maya. Maka ijinkanlah aku berterima kasih atas keajaiban yang kau bawa. Dan para pencipta twitter, tumblr, serta situs-situs lainnya yang memfasilitasi keisengan kita. Biarkan takdir sedikit bergembira, karena mempertemukan beberapa pecinta kata nya. Bahkan aku ingat, hanya karena bercanda kita bermain kata, ada orang-orang diluar sana yang mengira ada sesuatu dalam hubungan kita. Meskipun tak sampai berlanjut merusak kenyamanan pertemanan yang sudah ada.

Terakhir, aku tak ingin kehilangan sentuhan menulis dan merangkai kata-kata. Maka temanilah aku menulis lebih sering. Mungkin bagi sebagian orang kata-kata hanyalah aksara, tapi bagiku itu semesta. Yang menjadi tempat bepijak manusia. Memberikan arti pada setiap peristiwa. Entah bagaimana setiap kata bisa mengikat, memikat, ataupun menggeliat, aku tak pernah mempersoalkannya. Biarkan para khalayak mendebatkan, mencerna, dan mencari maknanya. Karena seperti yang aku ingat, kita menulis untuk belajar jujur kepada perasaan dan dunia.

Kau pasti sanggup jua, membuat surat seperti ini saat membebaskan hati dan pikiran, guna merajut kata-kata yg brilian. Dan dalam balutan kata manapun, aku menunggu surat balasanmu. :)

Kita, para pecinta kata, yang tak pernah tamat berjalan-jalan sampai bab akhir cerita.

Salam terindah, dari jari-jari yang tak mau berhenti, menari diatas kegundahan dan kebahagiaan hati.



Oleh:

Diambil dari: http://fallicious.tumblr.com

No comments:

Post a Comment