17 January 2012

Untuk Kamu, yang Membuatku Kembali Berpuisi

Setiap orang yang jatuh cinta akan jadi penyair, tapi kemudian aku bertanya, kenapa begitu sedikit prosa yang kutelurkan?
Kenapa begitu sulit untuk tidak bersembunyi dibalik lirik-lirik lagu klise?
Kenapa aku harus mengutip hanya untuk berkata, ‘hei aku rindu’?
Semua itu membuatku bertanya-tanya, apa hatiku benar sudah membatu? Lalu kemudian dengan isengnya kugetokkan palu diatasnya, sehingga yang ada hanya serpihan demi serpihan yang aku sendiri sudah tak bisa lagi mengenali untuk disusun dan direkatkan kembali.
Ya, hatiku, sudah mati. Bertahun-tahn yang lalu, bersamaan dengan prosa-prosa yang baru saja menggeliat untuk hidup ketika aku belajar melupakan. Ia bahkan tak kuizinkan untuk makan dulu sebelum mati, ketas-kertas itu selalu kosong dan keyboard tak pernah kusentuh barang sekali.
Sampai akhirnya, malam ini, aku dapat berpuisi lagi.
Mengerti? Kau datang dan membuatku patah hati, tapi bukannya mati (lagi), hatiku malah bangkit kembali. Mengertikah apa artinya? Haruskah ini kujelaskan lagi?
Mungkin hal yang tersirat memang jauh lebih indah daripada seharusnya, tapi memang tidak pernah benar-benar mengungkapkan apa-apa. Jatuh disini bersama dengan rasa malu dan kesombonganku, membuat surat ini bukanlah apa yang seharusnya dapat terlihat tapi berupa kode-kode yang harus dipecahkan karena, hatiku mulai kembali membangun labirin-labirin misteri baru untuk dijelajahi dan dan ditaklukkan.
Terimakasih untukmu, karena bayanganmu sejenak mau singgah. Kau pergi sebelum aku sempat mengatakan apa-apa (karena aku memang tak mau berkata apa-apa), tapi sungguh aku memang tak pernah melepaskanmu. Jika Kau sadar, maka datanglah, tapi sungguh, aku takkan menerimamu semudah itu. Hati ini adalah labirin yang jauh lebih sulit daripada yang lain, dindingnya adalah rasa malu yang sudah berevolusi dan bersimbiosis dengan kesombongan semu. Kuingatkan, ia akan runtuh ketika kau menyentuhnya, benar-benar menyentuhnya dan bukannya dengan menatap kemudian pura-pura peduli.
Sekian, terimakasih. Karena akhirnya kau bukan lagi sesuatu yang hanya kusebut-sebut hanya untuk membuktikan aku adalah manusia. Karena kau sudah membuatku kembali berpuisi.
dari aku, yang selalu mengkhianati hati.

oleh:

diambil dari: http://sauqina.tumblr.com

No comments:

Post a Comment