17 January 2012

Surat Teruntuk Calon Gadis Kecilku Kelak

halo calon gadisku yang lugu, sedang apa sayang? Mungkin kau masih senang-senangnya di langit sana ya. Bermain dengan teman-teman kecilmu. Aku tau bahagia pasti rasanya. Aku sebagai calon ibumu tidak khawatir kok sayang karena aku yakin para malaikat Tuhan pasti sedang menjagamu dengan baik di sana.
Calon gadisku, tahukah kamu, aku malah mengkhawatirkan dirimu kelak jika lahir di dunia kejam ini. Kau tahu tidak tentang kisah teman-temanku yang walau mereka dari keluarga baik-baik, tapi tetap saja mereka masih bisa terjerumus dalam pergaulan yang salah. Aku tak ingin kelak kau menjadi seperti itu calon gadis kecilku.
Saat ini aku sedang menempuh studi di fakultas psikologi. Aku memilih jurusan ini untuk dirimu calon gadis kecilku karena nanti aku akan mengambil psikologi perkembangan anak. Aku tak ingin salah langkah dalam membesarkanmu. Aku ingin kau dapat tumbuh menjadi gadis manis yang pintar. Pintar dalam bergaul, pintar dalam menjalankan ibadahmu, dan pintar dalam menyelesaikan semua masalah yang akan kau hadapi kelak.
Aku tak ingin aku salah mendidikmu sayang. Aku tak ingin kau menganggapku ibu yang terlalu sibuk dengan diri sendiri sehingga tidak mempedulikan masalah-masalah yang sedang kau hadapi. Aku tak ingin menjadi seorang ibu yang hanya akan ada penilaian buruk jika kau mendengarkan kata “ibu”. Seperti yang aku alami sekarang. Aku teringat dengan kisah 6 tahun lalu yang membuatku kabur dari rumah dan memutuskan untuk tinggal bersama ayah. Tetapi ayahku harus pindah dinas ke Kalimantan dan aku akhirnya tinggal bersama seorang nenek. Semenjak kabur 6 tahun yang lalu aku belum pernah sekalipun mengunjungi ibuku. Yang aku tahu ibuku sudah melahirkan lagi, dan sekarang mungkin anaknya sudah berusia 5 atau 6 tahun. Entahlah aku tak tahu pasti, aku tak tahu seperti apa wajah anaknya, bahkan namanya saja aku tak ingin tahu. Kau tahu mengapa sampai sekarang aku belum juga pernah kembali ke rumah ibuku untuk sekedar memastikan bahwa dia baik-baik saja? Bukannya aku tak sudi bertemu dengannya. Aku hanya belum mampu memaafkannya.
Walaupun ini yang terjadi padaku, aku tetap tak ingin kelak kau menjadi seperti diriku sayang. Seperti seorang maling, ia tak ingin anaknya menjadi seorang maling juga.
Itulah sebenarnya kekhawatiranku sayang, aku tak ingin kau menjadi sepertiku. Walau aku belum bisa memaafkan ibuku, tapi aku tetap berusaha menjaga perasaannya. Berusaha untuk tidak berkata kasar padanya. Hanya saja aku belum mampu memaafkannya.
Selain itu masih banyak kekhawatiranku yang lain tentang dirimu kelak calon gadis kecilku. aku takut kau salah pergaulan. Aku tak ingin kau seperti teman-temanku yang salah mengartikan rasa sayang ibunya. Ibu yang selalu membelanya di saat dia salah, malah membuat dia tidak belajar dari kesalahan. Terus saja melakukan kesalahan karena ia yakin jika ia melakukan kesalahan lagi, ibunya akan selalu membelanya. Lalu marah di saat ibunya marah, malah ia semakin memberontak. Padahal marah adalah tanda sayang. Tetapi banyak yang salah mengartikannya calon gadis kecilku. Di kuliah aku belajar tentang emosi. Marah bisa ditunjukan dalam bentuk assertion. Assertion adalah mengungkapkan sesuatu secara tegas, apa adanya, dan tidak menyakitkan. Lebih baik tegas setiap hari demi kebaikan, daripada diam saja lalu sekalinya berbicara hanya untuk marah ketika kesalahan sudah menjadi besar. Aku tak ingin kau mengecapku sebagai ibu yang pemarah calon gadis kecilku.
Aku berpikir untuk menuliskan saja apa yang sebenarnya aku khawatirkan sayang. Aku ingin menulis sebuah buku untukmu. Tentang kisah masa mudaku, tentang masa muda teman-temanku, dan tentang kesalahan masa mudaku untuk kau ambil pelajaran kelak. Aku takut kelak aku lupa bahwa aku tak luput dari kesalahan dan memaksamu untuk menjadi sempurna.
Aku tak ingin banyak berbicara, aku takut kau akan melabeli diriku ini sebagai seorang ibu yang bawel. Mungkin dengan kau membaca tulisan-tulisanku kau lebih dapat memahaminya, betapa inginnya diriku untuk memberikan yang terbaik untukmu.
Salam rindu, calon ibumu yang selalu menanti dan mengkhawatirkan dirimu.
kau tahu, bila kau diberi kesempatan untuk mengikuti seluruh gerak-gerik Ibumu ketika mengandungmu, melihat seluruh sketsa hidup yang ia jalani bersamamu di perutnya, kuyakinkan kepadamu bahwa ia melakukan segala hal yang terbaik yang ia bisa lakukan untuk menjagamu,merawatmu, memberikan segala yang terbaik untukmu
maafin aku Mama, aku belum bisa mengikhlaskan dan memaafkannya, tapi aku yakin suatu saat nanti aku bisa melupakan kesalahan-kesalahan masa lalu itu. Dengan berjalannya waktu, aku yakin kita berdua akan menjadi pasangan anak dan ibu yang saling memahami. Aku tetap menyayangimu, tetap mengharapkan ridho darimu. Ya, dengan berjalannya waktu Ma.

oleh:  

No comments:

Post a Comment