17 January 2012

Yang Cantik


Pagi, Cantik.
Pagi ini kota kita membuat aku lebih lama bersahabat dengan kasur dan guling. Gerimis di luar membuatku enggan meninggalkan kasur ini. Tidak, aku masih tetap tidak suka berselimut. Sengaja kutulis surat ini sebelum memulai beraktivitas, rutinitas pekerjaan yang mulai membuatku jemu. Aku yakin jika kamu ada di sini akan berkata “Jangan malas!” Aku yakin itu, seperti halnya mama selalu membangunkan aku dengan suaranya yang berisik di pagi hari. Aku mencoba membunuh bosan dengan coba berbincang dengan kamu yang memiliki senyuman menawan. Sebuah keindahan yang Tuhan ciptakan, namun terlalu singkat untuk sekedar dinikmati melalui pandangan.
Oyah, mungkin kita belum pernah berjumpa. Tapi bukankah cinta adalah chemistry yang tak bisa dijelaskan oleh rumus kimia. Cinta tanpa pernah saling bertatap muka, bercengkrama dan tanpa saling berbagi cerita. Aneh? Aku rasa tidak. Bapak dan mama yang mengajari aku akan hal itu. Bagaimana kita tidak saling melupakan meski lama sudah tak ada di pandangan.
Aku hanya bisa membayangkan wajah cantikmu itu. Aku rasa cantikmu sama seperti mama di masa mudanya. Cantik dan tak ada bandingan. Aku berharap kamu tidak secerewet mama. Kata orang aku ini cukup pintar, aku akan lebih pintar jika kamu yang membimbingku dalam belajar. Maklum saja, mama yang lulusan Sekolah Guru itu tidak sabaran untuk mengajari anaknya yang bebal dan selalu membuatnya sebal sepanjang waktu (Aku yakin mama akan marah jika membaca surat aku ini, tapi biarkan saja, haha).
Aku membayangkan jika kita berdua pergi ke mall, pasti banyak yang sirik melihat betapa cocoknya kita berdua. Kamu cantik, dan aku ganteng (meski banyak yang tidak setuju akan hal itu, haha). Pasti menyenangkan.
Mama selalu mendoakan kamu dari rumah. Bapak, entahlah. Aku, aku hanya mencintai kamu dari sini. Dari dalam hati. Dan dengan surat ini, aku sampaikan cinta dan rasa rindu yang sudah 21 tahun aku pendam. Bersamaan dengan senyum yang paling lebar dan cerah yang aku miliki.
Untuk almarhumah kakak kandungku, Santi br. Gultom yang meninggal 3 bulan setelah dilahirkan karena sakit.
Dari adikmu yang selalu kena omelan mama namun begitu mencintai keluarganya, termasuk mencintai kamu, David Gultom.

Oleh --@OmUCOK13

No comments:

Post a Comment