Tidak Lagi Tentang Cinta
Kepada Sahabat Lelakiku, @amy_yhan
Apa kabarmu?
Ah, semoga kau tak terkejut menerima surat ini dariku.
Entahlah. Aku tak tahu mendapat ide dan keberanian darimana menuliskan surat untukmu.
Mungkin karena jarak. Mungkin pula karena rindu.
Sebenarnya  aku tak begitu peduli pada ribuan kilometer yang menjarakkan kita. Toh,  itu sudah berkali-kali kita alami. Tapi, saat hatimu menjarakkan diri  dari hatiku, aku tentu saja tak bisa berpura-pura tak mengetahuinya. Aku  tersiksa dengan keadaan seperti itu.
Sahabatku,  ku harap kau masih mengingat tentang betapa kita selalu melewati tiap  sabtu malam yang begitu sepi dengan meramaikan hati masing-masing kita  dengan gelak  tawa.
Ingatkah kau bagaimana kita dengan mudahnya tertawa  karena apa saja. Bahkan kita sering menertawakan tawa itu sendiri. Tawa  yang hanya dimengerti oleh sepasang jiwa kita. Tawa yang membuat  orang-orang disekitar kita menuai iri dan berharap bisa mencuri sedikit  saja dari kebahagiaan yang tengah kita teguk.
Ah. mengapa waktu-waktu semacam itu berlalu begitu cepat?
Harusnya kita masih di sini. Duduk berdua menyaksikan orang lalu lalang tanpa henti-hentinya tertawa.
Sahabatku,  harus kau tahu, sepasang jiwa kita memang tak ditakdirkan untuk  menyandang cinta selayaknya dua pasang kekasih. Karena cinta yang tumbuh  dan menyubur di hati kita terlampau besar bagi status semacam itu.
Dan  alam memang tak akan mengijinkan kita saling menyakiti dengan cinta  yang dangkal. Semestinya juga kita tak terpisah karena cinta.  Persahabatan kita semestinya telah  sampai pada level saling tersenyum saat masing-masing kita pada  akhirnya menemukan akhir. 
Tapi entahlah, semua terjadi di luar kendaliku.
Segalanya berubah. Tak ada lagi kamu. tak ada lagi kita.
Saat ini, hanya berharap alam akan berkonspirasi mengembalikan persahabatan kita lebih dari sebelumnya.
Aku benci berjalan seorang diri. Aku benci menyadari tak ada lagi teman berbagi tawa. Tak ada lagi kamu.
Jika kau baca surat ini dan mengingatku, percayalah, aku sedang merindukan kita.
Sejuta cinta.
No comments:
Post a Comment