21 January 2012

Surat Kaleng untuk @izarins

Aku, Kamu dan Pisau itu

Teruntuk @izarins,
Hai! J
Dengan keberanian yang hebat, aku tuliskan sebuah surat untukmu.
Apa kabar? Semoga cintamu tetap rapi dan selalu dalam lindungan Sang Maha Mencintai. Anggap saja kita telah terpisah jauh dan baru saja bertemu. Oleh karena itu, satu-satunya kalimat yang tepat untuk memulai surat ini adalah soal baik-atau-tidaknya-keadaanmu. Mungkin surat ini adalah perantara pertemuan kita. Yang mana kamu boleh tidak membacanya. Atau boleh juga menyimpannya. Kusarankan untuk berpikir matang-matang tentang pilihan yang kedua *LOL*.
Pertanyaan lain, apa kabar? Bukan. Bukan untuk dirimu. Tapi untuk hatimu. Dimana kamu menyimpan cinta yang rapi itu. Lupakan saja jika aku pernah menyentuhnya. Menyentuh dengan pisau yang aku sembunyikan di balik hatiku sendiri. Pisau itu serupa bumerang. Yang sekiranya cepat atau lambat, bukan hanya hatiku yang akan mati. Pun aku ikut serta bersamanya. Ah aku minta maaf atas kelakuan pisauku.
Nah, apa kesibukanmu sekarang? Masihkah kamu berlama-lama berendam di lembah puisimu? Aku yakin sekali, puisimu tak akan pernah surut kata-katanya. Karena seperti kamu bilang, puisiku adalah duniaku. Sejak saat itu, kuputuskan untuk membangun duniaku sendiri. Atau mungkin kamu lebih (sering lagi) memperhatikan masa lalumu? Benar saja, sudah banyak yang berubah dari dirimu seiring jarak dan waktu yang memisahkan kita.
Hmm, keadaanku baik-baik saja sampai ketika aku menuliskan surat ini. Sama halnya dengan hatiku. Jikapun masih ada luka di hatimu, jangan kamu pikir aku tak bantu menyembuhkannya. Memang sih, aku tak pernah paham bagaimana cara mengobati hatimu. Tapi aku tetap lakukan itu. Sebagaimana yang diriku tau. Jikapun kamu tak rasakan kesembuhan apapun, mungkin Tuhan punya cara lain. Bukan melalui aku. Sekali lagi maaf.
Yakinlah aku tak menjadi gila lantaran rindu yang terlampau keras. Bersama dengan surat ini, aku lontarkan satu-persatu rindu itu. Aku percaya Tuhan punya tempat yang baik untuk menjaganya. Sampai kamu berani untuk menyentuhnya. Tenang saja, toh Tuhan tak akan menghukummu seandainya kamu tak juga datang.
Sekian dariku. Yang ingin segera terbang ke masa depanmu.
Salam Hai! J
Aku dan pisauku (yang tak lagi tajam)

No comments:

Post a Comment